29 November 2008

RSCD (Rumah Sakit Capek Deh……)

Didalam klausula UU 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dijelaskan bahwa pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan, yang besar artinya bagi pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia Indonesia dan sebagai modal bagi pelaksanaan pembangunan nasional yang pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.

Atas dasar “political will” itu, kita sebagai warga masyarakat tentu wajib bersyukur dan berterimakasih kepada Pemerintah yang senantiasa berupaya untuk “menciptakan” kesehatan yang didefinisikan sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Selanjutnya dalam Pasal 7 dan 8 UU Kesehatan juga dijelaskan bahwa Pemerintah bertugas menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat serta Pemerintah bertugas menggerakkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan dan pembiayaan kesehatan, dengan memperhatikan fungsi sosial sehingga pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang kurang mampu tetap terjamin.

Namun seiring dengan pelaksanaan Otonomi daerah sesuai dengan amanat UU 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah yang selanjutnya direvisi dengan UU 12 /2008 bahwa Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kata “otonom” ini cenderung menimbulkan multi tafsir dikalangan “beberapa” Pemerintahan Daerah (eksekutif dan Legislatif), seakan daerah dapat melakukan “improvisasi semau gue” dalam rangka mewujudkan tujuan otonomi daerah.

Lantas apa korelasi antara judul postingan dan “mukadimah” di atas? Sabar fren...,sebentar lagi akan saya ulas …he..he..(macem pakar betulan aza….).

Begini, realita yang terjadi di berbagai daerah kini sedang aktif-aktifnya melakukan inovasi-inovasi untuk mendongkrak perolehan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bertujuan untuk “memakmurkan” daerahnya. Namun yang terjadi justru kebablasan....Saking semangatnya mencari sumber-sumber PAD tersebut…hak-hak masyarakat miskin dibidang kesehatan menjadi dikebiri, sehingga sangat wajar jika ada pameo yang menyatakan : orang miskin dilarang sakit!

Sebagai contoh, artikel yang dimuat pada abdimedia.com dan vhrmedia.com pada awal Oktober 2008 yang lalu tentang rencana kenaikan tarif layanan kesehatan RS di Propinsi Jawa Tengah antara 22.5 s/d 400 % dengan alasan naiknya sejumlah harga kebutuhan RS, seperti harga obat, jasa medis, hingga peralatan medis, tidak adanya kenaikan tarif sejak tahun 2003 sampai dengan alasan banyaknya dokter yang memilih membuka praktik di luar RS, karena tarif jasa medis yang “tidak memadai”.

Alasan-alasan diatas sungguh tidak bisa diterima! Bahkan, pada beberapa kesempatan sebelumnya (detikinet.com) Menteri Kesehatan RI Siti Fadilah mengharapkan Pemerintah Daerah tidak menjadikan rumah sakit dan sektor pelayanan kesehatan masyarakat lainnya sebagai lahan untuk mencari pendapatan asli daerah (PAD). Sebab hal itu akan mempersulit RS melayani kebutuhan kesehatan publik secara maksimal. Berarti, selain tidak "mengindahkan" sang "komandan" kesehatan, Pemerintahan Daerah di Jawa Tengah juga tidak memiliki "sensitivitas sosial".

Atas dasar rencana itu Lembaga Perlindungan Konsumen (LP2K) Jateng mengecam pengesahan Perda tersebut. Koordinator LP2K Ngargono menyatakan pengesahan perda yang mengakibatkan kenaikan tarif pelayanan kesehatan itu membebani masyarakat. Sebagai contoh, tarif rawat inap kelas III di RS dr Moewardi Solo akan naik dari Rp 15.000 menjadi Rp 55.000 per hari, kenaikan yang sangat fantastis. Padahal notabene masyarakat yang kurang beruntung inilah yang memanfaatkan fasilitas ini, kalau masyarakat ”the have” bisa dipastikan minimal akan menggunakan fasilitas kelas I. "Seharusnya sebelum mengesahkan perda DPRD menerima masukan masyarakat dan memahami tiga hal, yakni perhitungan biaya operasional serta kemampuan dan kemauan masyarakat. Ini malah memanfaatkan momentum Jamkesmas yang menanggung biaya pengobatan masyarakat miskin, sehingga pemerintah menaikkan tarif tidak tanggung-tanggung," kata Ngargono.

Kaitannya dengan hal ini (walau berbeda kasus) mantan Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Hasbullah Thabrany (solusihukum.com) menyatakan pemerintah seharusnya menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, bukan mengambil keuntungan finansial dari layanan kesehatan rakyat. Pelayanan kesehatan dan pendidikan disepakati sebagai hak asasi manusia, dan pemerintah bertanggung jawab menjamin akses seluruh penduduk.

Hasbullah mencontohkan, Institut Jantung Nasional di MALAYSIA berbentuk swasta, tetapi pemerintah membayar tagihannya. Penduduk hanya membayar 100-200 ringgit Malaysia (26,3-52,6 dollar AS) untuk bedah jantung. Di THAILAND, rumah sakit pemerintah dijadikan korporasi, yaitu organisasi publik, tetapi penduduk dicakup asuransi kesehatan. Mereka yang tak memiliki asuransi kesehatan akan ditanggung health security office lewat kebijakan 30 bath (0,9 dollar AS). Orang hanya membayar 30 bath atau kurang dari Rp 10.000 per kunjungan ke pelayanan kesehatan untuk semua penyakit. Di negara seperti JEPANG dan KOREA SELATAN tidak boleh ada rumah sakit yang bersifat cari untung meski didirikan oleh swasta. Sedangkan di INDONESIA, pemerintah justru cari untung dari rasa sakit yang diderita rakyatnya.

Dalam kaitannya dengan kenaikan retribusi kesehatan dengan contoh kasus di Propinsi Jawa Tengah ini, walaupun tidak menyalahi ketentuan tentang perundang-undangan Retribusi Daerah (PP 66/2001) seharusnya Pemda beserta DPRD tetap mengacu pada prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi jasa umum yang didasarkan pada kebijaksanaan daerah dengan tidak hanya memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, tetapi juga KEMAMPUAN MASYARAKAT dan ASPEK KEADILAN.

Apapun yang terjadi, fungsi dan peranan dari sebuah Rumah Sakit tidak boleh bergeser kearah ”profit motive”. Apabila Rumah Sakit Umum (RSU) milik Pemerintah dijadikan sebagai “ATM” bagi pemerintah, alamat….....kalau di Jakarta ada RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo), kalau di Jawa Tengah mungkin akan ada RSCD........ RUMAH SAKIT CAPEK DEEHH.......TUUUUOLOOOOONGGGGGG!

Tiada gading yang tak retak ...

74 komentar:

  1. Wah ngk jadi yang pertamax nieh....sekarang rumah sakit bukan tempat orang berobat justru jd mesin pengeruk pundi pundi uang!!!!bah cape dehhhh

    BalasHapus
  2. RSCD ( Rumah Sakit Cepek Doang) pasti masih laris,bro hehe

    BalasHapus
  3. moga-moga pemerintah baca postingan ini juga.

    BalasHapus
  4. keluhan ttg buruknya pelayanan publik di berbagai rs daerah menunjukkan bahwa selama ini para pengambil kebijakan belum sepenuhnya memiliki "kemauan politik" yang berpihak pada rakyat. kesehatan merupakan sektior kehidupan yang utama, selain pendidikan. kalau sektor ini buruk, alamat bakal celaka. apalagi, konon sdh banyak warga miskin yang tak sanggup menginapdi rumah sakit akibat pengurangan jatah cost kesehatan bagi pemegang askeskin. duh, baner2 merepotkan.

    BalasHapus
  5. bener banged, rumah sakit bener2 sakit, bukan jadi rumah sehat :(

    BalasHapus
  6. Rumah sakit.
    yang masuk jadi tambah sakit karena bingung ga bisa bayar tagihan.

    o ya bang, ada Pe Er untuk abang. liat aja di blogku.

    BalasHapus
  7. Rumah sakit mestinya diganti aja namanya ya Rumah untuk menyehatkan... lho apa hubungannya?

    Semoga Rumah sakit tidak profit oriented

    BalasHapus
  8. An, kalo bisa warna birunya diganti warna lain, sulit dibaca lho.

    Link sudah saya add

    BalasHapus
  9. terengah engah aku membacanya. Capek deh*gubrak!*

    BalasHapus
  10. rumah sakit otorita di batam, yg notabene adalah pemerintah punya, justru paling parah. gak akan dirawat kalo gak ngasi uang jaminan, tiap ngambil infus baru, dikirim ke kasir dulu buat bayar. perlu ambulance, yg ditanyak duit dulu.

    justru yg swasta kayak budi kemuliaan malah lebih manusiawi.

    BalasHapus
  11. bersyukur orang tuaku pegawai pertamina... rumah sakit gratisan. jd gak ikut merasakan penderitaan kebanyakan orang diluar sana.

    BalasHapus
  12. sip, ga mau banyak komen yg jelas segala sesuatu kalo diliat kekurangannya pasti akan kurang terus

    BalasHapus
  13. mampir, maaf baru singgah :D

    BalasHapus
  14. udah biasa. RSCD = Rumah sakit cari Dana.

    BalasHapus
  15. RSCM plesetannya Rumah Sakit Cepet Mati
    hikz

    wehehehehe ya itu td political will nya g ada

    BalasHapus
  16. yg nggak punya dana pas kecelakaan atau sakit parah ya biasanya nggak bisa masuk rumkit, wong biasanya diminta uang bayar muka

    BalasHapus
  17. Wahhahahha
    Orang Miskin itu
    1. Dilarang Sakit
    2. Dilarang Sekolah
    3. Dilarang jadi PNS
    karena semuanya serba uang
    betul2 nih orang2 pemerintahan kita yang hobbynya cuman bisa memeras rakyat jelata. semoga pembersihan generasi itu akan datang nantinya

    Sukses yah mas

    BalasHapus
  18. Sesuatu yang memang sangat mengenaskan. Sejujurnya saya sendiri rada males klo berobat ke RS Daerah, mendingan di klinik aja

    BalasHapus
  19. Emang kok Mas... Rumah Sakit seharusnya emang jangan bernama Rumah Sakit.... Tapi Rumah Untuk Sehat ( RUS ) sehingga yang galak sama orang sakit biar bisa di marahin bahwa kita datang kesana bukan untuk sakit tapi untuk sehat.
    Saya sering tekankan dengan para perawat di saya. Tak ada alasan untuk tidak senyum dalam kondisi apapun terhadap pasien

    BalasHapus
  20. setuju Bung. seharusnya rumah sakit adalah fasilitas umum yang murah dan bukan untuk bisnis. Salam.

    BalasHapus
  21. naik sampai dengan 400% *geleng geleng* edaaaannnn, ngga heran banyak yg mencoba pengobatan alternatif!

    hati nurani sedang di uji nih! ya sudah daripda situ pusing mending ke warung anget awetnya mas ari dan mba rapet alis sariRapet ya!

    BalasHapus
  22. Pelayanan kesehatan di kita masih payah kopyah. Dengan otonomi, kondisinya malah makin parah

    BalasHapus
  23. jadi inget iklan

    kalo miskin jangan sakit

    BalasHapus
  24. lapor nech..rizoa pendatang baru,., :)

    BalasHapus
  25. Jadi inget kata-kata bijak dari John Lennon sebelum beliau mampus, " Orang miskin dilarang sakit", hehehe...

    BalasHapus
  26. serba salah memang, akibat kebijakan kesehatan yang tidak konsisten, setiap ganti menteri ganti kebijakan. Pihak rumah sakit tidak sepenuhnya bisa disalahakan bang, saya tau persis kesulitan pihak rumah sakit untuk membayar tagihan2 ke pihak ketiga, distributor obat misalnya, pemerintah pusat dan daerah hanya janji melulu untuk membantu, kenyataannnya pihak pengelola sakit yang pontang-panting mencari dana untuk bisa sekedar bernapas. sebagai informasi ajah, saya ada proyek yg sudah selesai 3 bulan lalu di salah satu RS pemerintah, dan belum dibayar, alasannya prioritaskan dana untuk menalangi orang sakit yg tidak mampu berobat, kalo sudah pake alasan itu, kita bisa apa?

    BalasHapus
  27. "Orang miskin dilarang sakit", nice quotes, kalo benar2 miskin saya kira pihak RS pemerintah akan benar2 membebaskan biayanya. masalahnya kan sekarang kan banyak orang yg mendadak ngaku miskin kalo berurusan dengan RS. Berobat pake kartu Jamkesmas atau gakin tapi masih pake gelang emas, nenteng hape ato dateng ke RS naik motor. orang2 seperti ini yg bikin petugas RS sekarang ini memang rada waspada, gak gampang percaya kalo ada orang berobat ngaku miskin.

    BalasHapus
  28. Ahahah, bisa aja nih bikin istilah dan singkatannya.. Saya gak ada bayangan nih Indonesia di masa depan bakal seperti apa ya? Hmm....


    - s L i K e R s -

    BalasHapus
  29. Di daerah sekayu sumaera selatan program berobat gratis sudah berjalan lama
    sekarang menyusul ibukota palembang akan ada program gratis juga..

    BalasHapus
  30. Sepertinya hampir di setiap darah selalu muncul keluhan dengan layanan publik RSU terutama milik pemerintah, tidak terkecuali dengan di Bandung kota saya.
    Yah...saya hanya berharap semoga para pengambil kebijakan publik menyadari kekurangan ini.

    BalasHapus
  31. Orang miskin tidak boleh sakit, apalagi sakit berat... kalau terpaksa sakit ya silahkan nasdut saja... haiyyah... nyante aja lae...
    *pasrah*

    BalasHapus
  32. saya setuju, kesehatan adalah hak setiap warga negara... masa rumah sakit dikomersilkan..? apa cuma orang kaya saja yg boleh sehat!

    BalasHapus
  33. bbm aja turun..kok biaya rs naik? bingung tra la la... ntar menkes ngamuk br tau rasa deh tuh RS..

    BalasHapus
  34. payah ngomognya rumah sakit tp kok yg keluar dr sana mayat semua...

    d rumah sakit itu nga ada yg kerja...
    malah rakyat yg susah malah d jadiin bahan praktek....

    kasian banget...
    inget donk itu semua masih keluarga kita semua
    jgn d jadiin kelinci percobaan...

    heheheheee...

    :D

    BalasHapus
  35. rumah sakit memang sebuah institusi yg bisa bingung sendiri menempatkan diri, terutama saat mencari keseimbangan antara sebagai institusi sosial dan/atau ekonomi.

    namun saya sependapat kalau rumah sakit tidak boleh dijadikan mesin pengeruk peningkatan PAD, sifat sosialnya harus tetap ada di depan.

    mungkin daerah yg harus lebih cerdik dalam mengakali persoalan ini. Semisal, silakan saja rumah sakit menyediakan pelayanan VVVVVIP dengan harga tinggi, TAPI untuk kepentingan subsidi bagi pelayanan kelas 'ekonomi'. Atau juga adanya political will yg diturunkan dalam bentuk policy untuk menunjang operasional rumah sakit. Untuk kasus daerah saya misalnya, saya lebih senang alokasi dana 10M untuk membangun Masjid Agung dipindahalokasikan untuk pelayanan kesehatan.

    BalasHapus
  36. kasian org yg mampu..

    BalasHapus
  37. yg miskin malah jd tambah susah...
    kapan ya rakyat miskin bs berobat gratis

    BalasHapus
  38. kl nda ada uang, nyawa pun melayang

    BalasHapus
  39. kasihan bagi yang sakit kaluk musti dijadiin ATM

    BalasHapus
  40. waduhhh... panjang bener nih postingannya...

    mau sehat aja susah biaya mahal untuk menjadi sehat. makanya jagalah kesehatan lohh... apa hubungannya hehehe

    BalasHapus
  41. dimana mana emang uang dulu, baru mau kerja.... klo di Indonesia... orang sakit parah dan gak punya uang, tinggal nunggu mati aja!!!

    BalasHapus
  42. Apapun yang terjadi, fungsi dan peranan dari sebuah Rumah Sakit tidak boleh bergeser kearah ”profit motive”..

    ngga salah ya..??
    yg benar Apapun yang terjadi, Uang di atas segala2nya

    BalasHapus
  43. Numpang lewat aja deh di malem - malem gini.. Ternyata blm ada postingan baru, hehehe...


    - s L i K e R s -

    BalasHapus
  44. wah kalo ngomong soal kesehatan di indonesia, kayaknya masih orang2 kaya saja yg bisa merasakan total nikmatnya. sebenarnya di negara2 maju seperti AS juga orang2 dg income lemah mengalami hal yg sama cuma gak mencolok seperti di indonesia

    utk urusan kesehatan warga, idealnya memang pemerintah yg menanggung. sebagai contoh negara2 yg dianggap sbg terbaik di dunia oleh United Nations (PBB) mayoritas adl negara yg menanggung biaya kesehatan warganya. sepertinya tak ada yg lebih penting dari ini. sebab kesehatan itu nomor satu. jika masalah ini sudah ditanggung oleh pemerintah maka lebih dr 50% beban rakyat akan terangkat. fuih...lega:)

    tapi negara2 yg menanggung biaya kesehatan penduduknya ini juga adalah negara yg mengenakan pajak terbesar bagi penduduknya. ya, soalnya drmana lagi biaya datang kalo gak dari pajak negara, kan?

    untuk Indonesia, biaya kesehatan ini juga harus didapatkan dr pajak. namun sekarang kembali lagi pd pertanyaan mendasar: apakah penduduk Indonesia sudah sadar pajak? dan apakah pajak yg masuk ke kas negara sudah dipakai utk kesejahteraan rakyat?...tanyakanlah pd rumput yg bergoyank....hihihihi

    BalasHapus
  45. emang masih ada yang kayak gitu?

    BalasHapus
  46. hmmm.... bingung mo komen apaan.
    RSCD mungkin sama dg RSU di kotaku, sepertinya org sakit (termasuk org miskin) malah dimanfaatkan di sana

    BalasHapus
  47. puskesmas yang murah meriah aja di sini jadi mahal mas... payah memang...

    BalasHapus
  48. iya niy..rumah sakit skrg rada2 semua

    BalasHapus
  49. sekrang rumah sakit benar-benar jadi tempat komersil kebanyakannya..

    BalasHapus
  50. sudahkan postingan ini samapai di telinga mereka penikmat otonom, sepertinya belum

    dan siapakah yang bertanggung jawab dan harus kita mulai dari mana?

    BalasHapus
  51. mudah-mudahan masih ada Pemda yang peduli dengan rakyat miskin Mas sebagaimana janjinya dulu saat kampanye

    BalasHapus
  52. padahal kan jelas tuh pemerintah mau gratisin rakyat miskin ... gmn sih kok nda konsisten ya bang kan kasihan

    BalasHapus
  53. Yang paling gawat udah sakit badan, sakit hati pula lagi. Cape dech....

    BalasHapus
  54. di mana-mana juga kayak gitu..
    RSCD = Rumah Sakit Cari Duit

    BalasHapus
  55. wah kalo saya tinggal pake ASKES...

    BalasHapus
  56. dimakassar juga ada kok..udah mahal..pelayanan mines.. bisa2 pasiennya mati baru di tanggapin..

    dohh capek deyh!!!

    BalasHapus
  57. thx yach udh visit blog ku

    BalasHapus
  58. Artikel anda:

    http://kesehatan.infogue.com/
    http://kesehatan.infogue.com/rscd_rumah_sakit_capek_deh_

    promosikan artikel anda di infoGue.com. Telah tersedia widget shareGue dan pilihan widget lainnya serta nikmati fitur info cinema untuk para netter Indonesia. Salam!

    BalasHapus
  59. memang sih..ada beberapa yg seperti itu tapi kalo di kotaku ada juga yg tolerance..kalo bawa surat dari desa maka dia dapet keringanan...(* denger2 ada mlm yg mo ndiri'in rumah sakit gratis...mudah2an jadi..soalnya mlm ini sudah mendirikan sekolah gratis di daerah batu malang-jatim..yach..mudah2an terwujud...berdoa saja...)

    BalasHapus
  60. moga dengan adanya postingan ini pemerintah akan sadar....*halah* gak cuman duit aja, tp diutamakan pasiennya

    BalasHapus
  61. Pemerintahku... Oh pemerintahku... *geleng-geleng... :)

    BalasHapus
  62. janji tinggal janji..pemerintah cuma umbar janji...rakyat miskin terinjak injak...gimana nasib mereka...

    BalasHapus
  63. bah...!!

    rumah sakit cape dech...

    mantaps bah..!!
    di mano tu mamak tampek nyo..

    BalasHapus
  64. gw jadi teringat uud Pasal 34 UUD 1945
    "Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh Negara"

    BalasHapus
  65. sekarang kan ada istilah orang miskin dilarang sakit

    BalasHapus
  66. Artikelnya sangat jelas sekali sehingga mudah paham maksud dan tujuannya

    BalasHapus
  67. Never regret. If it's good, it's wonderful. If it's bad, it's experience" mantul138

    BalasHapus

Saya sangat berterima kasih bila teman berkunjung dan meninggalkan komentar. Yakinlah teman, saya "pasti" akan melakukan hal yang sama, karena hidup akan semakin indah, jika kita saling memberi dan menerima.