09 Desember 2008

Ban Bocor !

Bagi pemilik dan pengguna kendaraan di Indonesia dan mungkin juga di seluruh dunia tentu sudah sangat memahami apa yang saya maksudkan dengan judul postingan ini. Kebocoran ban merupakan hal yang bisa dan biasa terjadi pada hampir semua alat-alat transportasi, mulai dari sepeda, sepeda motor, mobil, hingga pesawat terbang, dan tentunya dengan pengecualian seperti kereta api, kapal laut (minus hovercraft), kapal selam dll...he..he..

Jika kebocoran ban ini menimpa kita, tentu kita akan merasa sangat tidak nyaman dan terganggu, apalagi bila kebocoran ban terjadi pada saat kita sedang jalan-jalan sore dengan keluarga atawa kekasih, atau bahkan sedang dalam perjalanan keluar kota dan tiba-tiba meletus balon hijau ban bocor ditempat yang sunyi…duarrr...semoga deh, jangan terjadi pada kita semua.

Saya saat ini tidak bermaksud untuk mempromosikan suatu produk kepada teman-teman, karena belum ada kontrak antara saya dengan pabrikan ban (*btw klo ada yang mau nawarin kontrak, boleh juga tuuuhh..). Saya juga bukanlah tukang tambal ban….., ataupun bekerja di bidang yang terkait dengan perbengkelan. Apalagi Superstar bak senandungnya Project Pop... Saya adalah orang biasa yang merasa khawatir dengan beberapa kebijakan pemerintah akhir-akhir ini, yang cenderung untuk “mensentralisasikan” kebijakan. Diantara sekian banyak kebijakan yang “terpaksa” diambil, saya contohkan adalah kisah seputar selebritis...eh…kisah seputar ban.

Yang saya ketahui, bahwa ban pada prinsipnya terdiri dari dua jenis, satu ban angin/tube type (tanpa ban dalam) dan satu lagi ban tubeless. Apabila ban bocor, sudah pasti tentu namanya tetap bocor. Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara, teknik atau metode yang harus kita lakukan untuk menambal kebocoran itu? Apakah ban tube kalau bocor bisa diselesaikan dengan cara layaknya menambal ban tubeless? Atau apakah ban tubeless yang bocor bisa ditambal sebagaimana menambal ban tube?

Nah, dari cerita diatas, bila kasus tambal ban yang bocor dianalogikan dengan strategi peningkatan perekonomian masyarakat atau penanggulangan suatu masalah sosial, maka menurut hemat saya Pemerintah harus berfikir dan bertindak ibarat "seorang tukang tambal ban". Pemerintah seharusnya melakukan kajian secara cermat dan tepat (tidak hanya kutak katik dari belakang meja) ataupun "menggeneralisasikan" kebijakan. Tidaklah mungkin tipe, proses dan dimensi kemiskinan pada masyarakat petani sama dengan yang dihadapi oleh masyarakat nelayan? Tidak mungkin sama strategi untuk meningkatkan perekonomian petani dan nelayan? Wong sudah jelas petani memegang cangkul, sementara nelayan memegang jala atau kail!

Terkait dengan hal diatas, dan untuk mendapatkan suatu "garis merah" yang jelas, antara masalah dengan solusi, disinilah seharusnya diperlukan optimalisasi peran lembaga penelitian yang ada, seperti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL) dan Badan Sertifikasi Nasional (BSN). Setelah itu Pemerintah mengambil kebijakan berdasarkan elaborasi antara berbagai indikator termasuk hasil penelitian itu. Sehingga diharapkan output penelitian dapat bermanfaat bagi kemaslahatan masyarakat dan bangsa Indonesia.

Kaitannya dengan penelitian, saya tertarik dengan artikel yang dimuat pada majalah Tempo edisi 1-7 Desember 2008, dimana ada seorang staf perencanaan PLN Wilayah Sumatera Barat atas nama Zamrisyaf yang berhasil menemukan pemanfaatan energi listrik dari gelombang laut. Ia merancang Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut Sistem Bandulan/ponton, yang ternyata belum mendapat “sambutan yang berarti” dengan alasan PLN tidak memiliki pos pengeluaran untuk mendanai temuan itu. Padahal jika Pemerintah mau "sedikit berkorban", sesungguhnya hal ini merupakan temuan yang luar biasa. Kita mengetahui bahwa Indonesia adalah termasuk salah satu negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia. Bila diaplikasikan10 % saja dari total 81 juta kilometer panjang pantai Indonesia, untuk pembangkit listrik ini, kurang lebih akan menghasilkan 16 gigawatt, (asumsi 20 kb/ponton) berarti akan sangat banyak efesiensi Sumber Daya Alam Indonesia, so pasti tidak ada lagi pemadaman listrik bergilir....(*Saya hanya mampu mengangguk angguk dan bertanya dalam hati*..) Mengapa giliran blue energi dan supertoy termasuk sextoys Pemerintah kok cepat “meresponnya” ya?

Di negara-negara maju, keberadaan lembaga riset sangatlah "penting dan elit”, bahkan sebagian besar kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah mereka adalah berdasarkan tindaklanjut hasil riset yang berkualitas, itupun masih juga terkadang menemui deviasi, konon lagi jika pengambilan kebijakan tidak didasarkan/jarang memanfaatkan hasil penelitian? Tentu akan lebih amburadul lagi. Ironis memang, kita tidak pernah berfikir untuk mengoptimalkan lembaga riset, bahkan JK beranggapan Lembaga riset kini hanya dijadikan sebagai museum….

Apa pendapat teman-teman tentang “ban bocor” dan keberadaan lembaga riset?

Tiada gading yang tak retak…

79 komentar:

  1. Wew, dapat teguran ngisi komentar.. malah jadi yang pertama nich...

    Kalo mengenai ban bocor aq sih ga ada komentar.. cuma memang benar bahwa dalam penanganan masalah pemerintah seharusnya seperti tukang tambal ban. Ketemu masalahnya, diselesaikan, trus cek lagi apakah masih ada yang bocor atau tidak... baru tugas selesai dan ban baru bisa dipergunakan kembali.

    Kemudian mengenai lembaga riset, komentar ini juga cuma pendapat pribadi saja, bahwa memang di negeri tercinta ini penghargaan ataupun pendanaan untuk lembaga riset bisa dibilang tidak seperti dinegara lain. Sebenarnya permasalahannya pada pendanaan atau penghargaan ? Kalau mau jujur, menurut saya masalahnya adalah belum adanya suatu penghargaan terhadap usulan riset ataupun hasil riset. Dana bisa dicari, artinya kalau sudah ada rasa menghargai terhadap suatu riset, sponsor sebagai penyandang dana pasti bisa dicari...
    ups... kepanjangan..

    BalasHapus
  2. Perlu kita apresiasi para peneliti yang telah berusaha keras melakukan riset yang tentunya akna bermanfaat bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia.

    Semooga kasus ban bocor dapat menjadi pelajaran yang dapat dipetik hikmahnya.

    BalasHapus
  3. Makanya kenapa yang hebat-hebat malah bekerja di luar negri, karena bangsa kita sendirti yang kurang menghargai orang-orang pinter seperti mereka. Semoga ada birokrat yang baca post ini. Nice post,bro

    BalasHapus
  4. Pemerintah harus berfikir dan bertindak ibarat "seorang tukang tambal ban" ... saya kurang sependapat dengan pernyataan yang ini, karena bagaimanapun manambal ban hanyalah bersifat sementara saja, dan ban yang bocor tersebut haruslah segera diganti dalam kesempatan berikutnya.

    Kalau pun pemerintah harus bertindak seolah tukang tambal ban maka harus pula dipertimbangkan kondisi batik-an tapak ban dan kondisi jalan yang bakal dilalui oleh ban yang ditambal itu.

    *kabuuurrr*

    BalasHapus
  5. Saya juga sependapat dengan Kios Info yg mempertanyakan kanapa banyak putra - putri bangsa kita yang sebenarnya pandai, cerdas, dan tidak sombong, justru dipekerjakan oleh perusahaan asing atau malah bekerja di luar negeri??

    Kemudian pengistilahan pahlawan devisa bah ini jelas - jelas istilah yg dibuat sebagai pengalihan permasalahan aja. Arti sesungguhnya; pemerintah gagal menyediakan lapangan pekerjaan.

    *ngacirrr*

    BalasHapus
  6. iya nig baru kepikir juga. Gimana ya pemerintah kita? Apa itu salah satu penyebab ketinggalan bansa tercinta ini?

    BalasHapus
  7. wah kalo mikirin negara dan pemerintah puyeng dah... mikir diri sendiri aja lah hehehe...

    BalasHapus
  8. Indonesia selalu ketinggalan ya, tanya kenapa????

    BalasHapus
  9. jangan jangan pake istilah tambal sulam dalam pemerintahan

    trial by error

    BalasHapus
  10. kebetulan saya kenal beberapa orang tukang tambal ban.
    Nanti saya rekomendasikan beberapa di antaranya untuk jadi penasehat kepresidenan. :D

    BalasHapus
  11. keren banget nech postingan...banyak masukkan dari para sahabat

    BalasHapus
  12. mantaps tulisannya bang.

    kebetlan halak kita terkenal dengan profesi sebagai tambal ban di jawa sana

    BalasHapus
  13. mas deden manusia biasa setubuh........... eh setuju sekali dengan argumen anda sudah disekolahkan Indonesia jauh2 keluar negri eh..... lulusnya malah kerja buat orang asing ada apa dengan mereka????????

    BalasHapus
  14. Pendapat negatif saya tapi mungkin positif adalah pemerintah hanya sibuk mengganti bukan menambal "ban"-nya sendiri. Padahal "ban"-nya masih baru. "Ban" rakyat yang bocor di sana sini tidak ada yang mau peduli. Bagaimana rakyat bisa berjalan dengan ban yang penuh lubang. Boro-boro rakyat naik kendaraannya, justru rakyat yang ditunggangi kendaraannya yang bocor itu.

    Sangat banyak rakyat Indonesia yang kreatif dan menemukan hal2 yang sebenarnya sangat berguna. Tapi ya itu, tidak bisa jalan karena bannya bocor.

    BalasHapus
  15. sebenarnya 'ban' nya gak masih bagus tapi yang bawa mobil gak becus, kebut2an jadi ban yg mulus cepet bocor. apalagi kalo senang melewati jalan yg berlubang. LIhat aja sarana dan prasarana yg baru dibangun. Hebat di awal tapi giliran pemeliharaan dan perawatan, nol besar. Yang baru jadi terlantar dan tak terawat.

    BalasHapus
  16. Cerdas sekali cara sampeyan menganalogikan keadaan negara dengan ban, mungkin inilah yang harus menjadi PR pemerintah buat memperbaiki keadaan negara ini, semoga pemerintahan yang baru tahun depan bisa berbuat lebih baik...amiinn..

    BalasHapus
  17. lembaga riset di Indonesia kan banyak bang...tapi berdaya guna ga ya (maaf br sempet mampir kemaren 2 hari full efek dr libur 2 hari biasa)

    BalasHapus
  18. btw sewaktu-waktu abang perlu nih posting ttg tambal ban beneran habisnya td zie kira ttg tambal ban eh trnyt stlh sls baca beda maksud..met Hari Raya Kurban jg ya bang , zie mohon maaf lahir batin atas segala khilaf

    BalasHapus
  19. Sepertinya yang dibutuhkan kondisi saat ini untuk menindaklanjuti keberadaan Lembaga Riset adalah kontrol dan mekanisme atau aplikasinya..
    Nah...saya tidak tau sebetulnya siapa yang harus berperan disini...apakah masyarakat atau birokrat yang turut andil...
    Ok..bagaimana kalau kita kembalikan kepada kebijakan pemerintah...setujukah?


    Oh..ya..linknya sudah saya pasang di link partner...thank's ya'

    BalasHapus
  20. Lembaga Riset di indo akhir2 ni kurang gaungnya ya..? yg penting ad proyek perencanaan, habiskan dananya, manfaatnya kurang... Hasil Riset kok gitu..? khkkgkhkgkk

    BalasHapus
  21. Kalau dilihat hampir disemua lembaga baik swasta maupun pemerintah memiliki keberadaan lembaga riset, tinggal bagaimana memberdayakan dan memanfaatkan lembaga tersebut. Kalau berkaca dengan negara jepang sebagai salah satu negara maju dunia, mereka memilki lembaga riset yang handal dan hampir 40% anggaran tersedot untuk kegiatan riset. ex: produk hp keluaran terbaru saat ini, dibelakang layar sudah ada 20 produk dengan seri yang sama siap untuk diluncurkan.
    Apakah negara kita juga demikian???
    Kalo di lembaga swasta banyak yang sudah memberdayakan divisi riset tersebut, namun untuk lembaga pemerintah masih termarjinalkan.
    Untuk kasus penelitian tenaga listrik dengan ombak lautan di atas, belum ada gambaran secara cost and benefitnya. selain itu secara teknis harus diketahui juga daya ombak, arus pantai, musim tahunan dan lain-lainnya karena bisa-bisa pembangkit yang dibangun malah merugikan. saya yakin PLN berpikiran masih lebih menguntungkan membangun pembangkit dengan batubara atau diesel dibandingkan tenaga ombak tersebut.

    BalasHapus
  22. apa lg yang bisa kita ucapkan emang ush saru sononya....capek deh....kan

    BalasHapus
  23. Indonesia memang bukan negara riset, melainkan konsumen saja... hiks hiks hiks...

    BalasHapus
  24. Wah...wah..wah..!
    btul2 mantap tulisan lae... ni! oh ya skrg kan hari HAM sdunia>>> gak nyambung..!

    BalasHapus
  25. Maaf Ito..tadi gak kasih koment..ini saya kembali. Sungguh saya jadi terharu, posting tentang Tambal Ban ternyata tentang saya.. hiks hiks..
    Biarlah orang berkomentar begitu, tapi setidaknya Litbang yg sering disebut suLit berkemBang..udah saya rubah menjadi Let IT Be Good (hehehe maksa banget yah..entah kemana a dan n nya)

    Cukup sekian komentar saya ya Ito..thx.

    BalasHapus
  26. nah rupanya begitulah fenomena yang terjadi di negeri agraris ini, mas kurnia. hasil2 kajian dan penelitian ilmuah selama ini jarang disentuh. pemerintah terlalu sibuk ngurusi politik hingga tak pernah berpikir bagaimana meningkatkan keunggulan produk2 pertanian. perlu ada perubahan paradigma dari aparat pengendali kekuasaan di negeri ini.

    BalasHapus
  27. mau koment tapi OL-nya cuman bentar doang. hehe.. peace kawan.

    BalasHapus
  28. ban bocor ya..!!

    waduh jangan sampe dah..!!
    luman pas ban bocor ada tambal ban,klo ga..??
    cape' dech ngedorong/mencari tukang tambal ban..!!


    di mana ban bocor pasti ada tukang tambal ban..!!

    mantaf lae postingan na..!!semangat terus lae..

    BalasHapus
  29. di sini orang yang punya otak, kurang dihargai!! yang punya otak malah di penjara!! makanya, jangan pinter-pinter jadi orang indonesia... PERCUMA!!!

    BalasHapus
  30. mencoba memahami keterkaitan antara ban bocor (tube&tubeless) dengan perekonomian Indonesia :lol:

    BalasHapus
  31. kita yang menemukan orang luar negri yg merisetnya, lalu bakal jadi under license orang luar negri juga. ya seperti itulah indonesia :D

    BalasHapus
  32. absen ngikut cumie aja dech, gak ngerti nie sama tambal ban-nya hihihi

    BalasHapus
  33. mohon maaf ni komandan jaringan di rumah gw lg Down, baru bisa naik hari ini, mohon maaf sekali yach, saya sangat tertarik postingan anda kali ini dan saya akan bahas balik dalam postingan saya.mohon di tunggu

    salam berjuang

    BalasHapus
  34. Saya sependapat dengan pemikiran posisi strategis Lemlit sebagai sebuah instrumen penting untuk pengambilan policy.

    yang saya ragukan adalah political will dari pengambil kebijakan untuk menggunakan dan memanfaatkan hasil dari Lemlit itu sendiri. Karena pengambil kebijakan kita lahir dari domain politik. Lantas pertanyaan yg timbul adalah bagaimana mendorong hal ini?

    Saya sendiri di daerah saya mencoba dari hal yg sederhana dan kecil dulu, yakni meminta kepada lembaga terkait macam DPRD untuk memastikan bahwa Pemko memiliki data-data yang validitasnya tidak diragukan lagi. Karena pada suatu kejadian saya menemukan banyak kejadian ganjil terkait masalah ini. Ya... memang sebuah langkah kecil, tapi implikasi dari itu yg sangat besar.

    BalasHapus
  35. Inilah yang terjadi di negara kita mas, kebanyakan birokrat ita tidak tahu masalah yang sesungguhnya dan celakanya dia percaya saja dengan bawahannya yang nota bene ABS maka hasilnya jelas bisa ditebak

    BalasHapus
  36. bagaimana kalo bocornya halus...susah mendeteksinya...??
    serahkanlah sama kawan2 kita dari parlilitan, mereka semua ahlinya, gak perlu pake litbang2an..hehehe...(sorry OOT lae..lagi pusing euy..)

    horas,

    bonar

    BalasHapus
  37. Ban bocor biasanya krn pengemudi kurang memperhatikan kendaraannya dgn bener, alias kurang dirawat. Terlepas dr adanya ranjau paku ato peristiwa ban bocor tak sengaja, gimanapun jg kita sbg pengendara musti cek & recek semua komponen kendaraan kita. Klo ban sudah mulai gundul ya mustinya diganti, jgn dipaksa utk terus melaju.

    Kbiasaan org kita adalah : pakai barang tp gak mau dirawat. Ya ini sama dgn analogi tadi. Knp kita harus tunggu ada masalah dulu br kita coba terapkan sistem tukang ban td.

    Eniwei pemerintah mgkn kesannya cm duduk saja di blkg meja, tp membuat suatu kebijakan itu tdk gampang krn pasti menyangkut banyak aspek. Itu menurut gw ya ...

    BalasHapus
  38. ban bocor memang menyakitkan...

    BalasHapus
  39. kirain udah buka tambal ban sekarang mas.. hohohohoho

    ngomongin soal politik ya??? *mundur perlahan* hehehhehehehe

    BalasHapus
  40. mengenai riset me riset... ada nda yah.. yg riset klo kena paku ban nya ga bocor gicu... makasih banyak bang.. sukses buat anda..

    BalasHapus
  41. adoh gak ngarti eh riset meriset. yg jelas, kalo ban bocor aku gak bisa ganti sendiri. dulu waktu di indo,tinggal telpon orng bengkel langganan atau aku paksa tuh mobil ke bengkel terdekat

    BalasHapus
  42. lembaga riset ini mirip dg keberadaan litbang di instansi pemerintah yg kurang diperhatikan keberadaannya. banyak orang bilang itu tempat 'buangan', dananya seret...meski sebenarnya ia adalah sebuah pusat think tank, penelur kebijakan/policy

    BalasHapus
  43. analoginya masuk banget mas, mantap benerr

    BalasHapus
  44. Kebetulan kondisi ban motor saya dah nggak memenuhi persyaratan tuk dipake, tapi yang jadi permasalahan, duit dah nggak oke. Karena tulisan bang nyante ni, saya jadi kepikiran seandenyalah ya keberadaan lembaga riset ni dioptimalkan, didukung, dan dayagunakan untuk melakukan penemuan ban tahan lama tapi murah, mudah didapat, berkualitas dan terpakai di segala kondisi jalan, cuaca dan muatan, saya kira keberadaan litbang bukan hanya sebagai periset aja, bisa jadi lembaga litbang ni jadi sumber pengharapan penunjang kemakmuran melalui keuntungan efisiensi dan efektifitas pemakaian ban yang telah disempurnakan bagi masyarakat indonesia pada khususnya.

    Hasil penelitian riset ini hendaknya pula diiringi dengan aksi tindak lanjut dari pemerintah yakni penerapan aturan yang mengikat bahwa agar para produsen pabrikan ban wajib menerapkan paling tidak 75 persen ban yang dihasilkannya harus memenuhi standar ban yang telah ditemukan oleh lembaga litbang tadi dan para pengusaha karet di mana pun ia berada agar senantiasa memperhatikan dan menerapkan hasil penelitian, pengembangan dan penyempurnaan penanaman pohon karet agar diperoleh karet yang berkualitas sesuai dengan tuntutan dan mendukung penerapan ban berkualitas, tapi murah, mudah didapat dan terpakai disegala kondisi jalan, cuaca dan muatan, hal ini semata-mata adalah untuk masyarakat, agar masyarakat terlindungi dari keberadaan hasil produksi ban yang mempercepat proses pemborosan uang dikarenakan harus mengeluarkan duit sekian ribu bahkan sekian ratus ribu hanya untuk menambal ban maupun menggantikan ban yang sudah aus dan kadaluarsa masa pemakaiannya. Itu pun kalau bocornya tepat dekat dengan tukang tambal ban, cuba kalau bocornya ditengah hutan nun jauh dari perbengkelan, gimana?...

    BalasHapus
  45. dq g ngerti ban bocor lhho mas, ikutan suami aja deh

    BalasHapus
  46. nah kalau ban nya pake tubles lebih enak ngk takut bocor kena paku,

    BalasHapus
  47. menggunakan ban tubles itu ada enak dan nggak enaknya...emang sih sekarang udah banyak tambal ban tubles tapi kocek yang dikeluarkan gede!

    BalasHapus
  48. yeee kok kabur..tuh kan gara2 ngejar abang yg kabur ban motor zie jd bocor tanggung jawab ya

    BalasHapus
  49. Wew, mantab banget analoginya...
    Ayo kita bersama tambal yang bocor, biar gak makin luas....
    manteb, Bro...

    BalasHapus
  50. sekali lagi, update!!
    hahahaha...

    BalasHapus
  51. jalan2 mlm, gak sempat baca postingannya, cuma numpang lwat, seklaian promo blog, trim (http://pmdarulihsan.blogspot.com/) sukses...

    BalasHapus
  52. lembaga riset di indo minim banget... dana buat riset aja kurang memadai.

    BalasHapus
  53. ban bocor oh ban bocor..

    BalasHapus
  54. asli , saya baru tau nih..
    bagus baget artikelnya

    BalasHapus
  55. mangtab!!
    nice artikel bro!!
    (bingung mw nulis komen apa..hehe)

    BalasHapus
  56. aha...kalo' guyon nya teman2 sih...,mgkn permasalahan2 di negara kita ini memang benar2 tidak akan dituntaskan dengan pemerintah... yah...kalo' semua udah rapi jali...tatanan kehidupan berwarga negara kita (cieee)...pemerintah mau makan apa? hehhehehe....

    alahhh...su'ujon deh...

    BalasHapus
  57. pemerintah skrg masih sibuk sama urusan politik dan tebar pesona jelang pemilu.. mudah2an kedepan kita bisa punya pemerintahan yg lebih bijak dan lebih baik,

    *masih positive thinking nie.. :)

    BalasHapus
  58. di indonesia untuk jadi yang pointer amat susah kang soalnya begitu kita bisa dalam sesuatu ilmu langsung kita di musuhi dan di asingkan, bukannya didekati dan di ambil hikmahnya. yah begitulah indonesia, untuk menghargai sesuatu itu hanya ada dalam tulisan butir pancasila saja selanjutnya terserah and.

    BalasHapus
  59. tukang tambal ban itu jika menaburkan paku di jalan termasuk usaha ya...
    hehehehe

    BalasHapus
  60. bahkan JK beranggapan Lembaga riset kini hanya dijadikan sebagai museum… <--- hanya bisa geleng geleng kepala.

    BalasHapus
  61. wuih,padat dan lengkap yah...berapa lama ni risetnya...?

    BalasHapus
  62. ban bocor tinggal ke tukang tambal ban doank...

    BalasHapus
  63. numpang lewat lae!!!

    BalasHapus
  64. Hmm... Kalo udah ngomongin soal lembaga riset, jadi inget kalo nonton discovery channel, orang-orang disana bisa buat riset yang sedemikian rupa. Riset jalan, bisnis pun ngikutin.

    Kalo di indo ga terlalu tertarik ama riset-risetnya, ambil dari segi bisnisnya aja lah. Yang penting, tetaplah nyante aza lae...! :)

    BalasHapus
  65. mungkin jumlah peneliti yang jadi politikus harus ditingkatkan.
    Sudah rahasia umum dana penelitian diIndonesia itu sangat minim.
    Trus proyek penelitian yang ada hubungannya dg daerah/negara itu banyak sunatannya. Penelitian macam apa yg bisa dibuat dg dana minim, dan masih disunat pula..?
    Sudah gitu, apa hasilnya mau dipakai oleh pemerintah? blm tentu...karena politik mempengaruhi...

    BalasHapus
  66. iya nie mas lg cari ban tubles yg bagus tp murah ga ada ya..??
    wkkakakakakkaa...
    :))

    BalasHapus
  67. Kalau ban bocor perlu di teliti juga ya. Ditunggu blogwalkingnya di Berita Informasi Komputer dan Download Lagu Terbaru serta yang satu ini Dicoba. Semoga membantu...

    BalasHapus
  68. Terima kasih atas info yang sudah dibagi. Hal ini sangat penting sekali u/ kalian yang ingin pergi jauh agar terhindar dari kecelakaan atau hal-hal yang tidak diinginkan

    BalasHapus

Saya sangat berterima kasih bila teman berkunjung dan meninggalkan komentar. Yakinlah teman, saya "pasti" akan melakukan hal yang sama, karena hidup akan semakin indah, jika kita saling memberi dan menerima.