04 April 2008

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Nelayan Dan Artisanal (Adaptif Dan Partisipatif)


Pendahuluan

Krisis moneter yang melanda kawasan Asia dan khususnya Indonesia pada tahun 1998 yang lalu, memberikan dampak buruk terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia, termasuk berimplikasi pada peningkatan angka kemiskinan. Berbeda dengan negara-negara lain yang juga terkena dampak yang sama, sampai saat ini perekonomian Indonesia masih cenderung merangkak seperti snail, sedangkan perekonomian di negara-negara lain telah mulai stabil. Hal ini disebabkan antara lain karena perekonomian Indonesia masih sangat dipengaruhi oleh persoalan-persoalan khilafiyah. Memang kemiskinan adalah permasalahan yang sangat njlimet, bahkan banyak kalangan yang menganggap persoalan ini sebagai salah satu permasalahan yang sangat sulit untuk dipecahkan layaknya permasalahan prostitusi dan perjudian.

Sejumlah kebijakan penanggulangan kemiskinan yang menjadi agenda dari Pemerintah dan Non Government Organization (NGO) terus digulirkan, tetapi pada kenyataannya selama ini program seperti Inpres Desa Tertinggal (IDT), Jaring Pengaman Sosial (JPS), Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT), Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) dan lain-lain kurang efektif dalam pelaksanaannya. Hal ini dikarenakan kebijakan-kebijakan tersebut kurang mampu menyentuh golongan masyarakat miskin secara menyeluruh dalam lingkup satu keluarga (bukan hanya diwakili oleh kepala keluarga), serta belum bisa memacu peningkatan produktivitas golongan masyarakat miskin maupun peran serta (partisipasi) mereka dalam proses pembangunan nasional.

Berbagai kegagalan yang dialami oleh kebijakan-kebijakan penanggulangan kemiskinan yang diambil oleh pemerintah menunjukkan bahwa, masalah kemiskinan bukanlah hal yang sederhana, tetapi merupakan suatu fenomena multidimensional yang memiliki variabilitas dimensi yang sangat kompleks. Asumsi dari pemerintah yang memandang permasalahan kemiskinan di Indonesia secara umum dan parsial dengan formula kebijakan berupa penyeragaman berbagai bentuk program dengan pendekatan yang monolitik sentralistik telah mengakibatkan terjadinya policy bias. Dari asumsi yang salah karena ketidakmampuan memahami persoalan kemiskinan sebagai suatu gejala yang spesifik dan berbeda di setiap daerah telah menciptakan jurang pemisah yang cukup besar antara kota dan desa serta antara golongan masyarakat kaya dengan masyarakat miskin. Kondisi ini tentu saja menimbulkan ketidakpuasan dalam masyarakat yang terus bergulir.

Untuk Kota Sibolga, berdasarkan pengamatan sederhana saya, bahwa permasalahan kemiskinannya “cenderung terdominasi dan terkonsentrasi” pada wilayah-wilayah pesisir pantai. Masyarakat miskin pesisir tersebut mempunyai mata pencaharian utama sebagai nelayan, sehingga memerlukan kajian yang mendalam tentang strategi apa yang harus ditempuh untuk penanggulangannya. Keadaan ini penting dicermati, mengingat upaya penanggulangan kemiskinan yang selama ini ditempuh oleh pemerintah pusat kecenderungannya mengedepankan pola top down planning dengan diwarnai hubungan kekuasaan bercorak monolitik sentralistik. Dalam arti bahwa segala sesuatu yang menyangkut perencanaan, penentuan dan pelaksanaan kebijakan ditangani oleh pemerintah tanpa mengikutsertakan masyarakat pada level paling bawah, sekalipun dalam bentuk partisipasi yang paling sederhana. Dimana selama PJPT I yang lalu, strategi pengentasan kemiskinan merupakan appendage dari upaya untuk mempertahankan pertumbuhan setinggi-tingginya, melalui kebijakan pemerintah yang diambil yaitu : a) pembangunan infra-struktur ekonomi pedesaan; b) pengembangan kelembagaan yang terkait dengan penanggulangan kemiskinan seperti Program Pengembangan Wilayah (PPW); c) perluasan jangkauan lembaga perkreditan untuk rakyat kecil (Kupedes, KCK, BKK, IDT); d) peningkatan akses kaum miskin kepada berbagai pelayanan sosial, seperti pendidikan, air bersih, keluarga berencana; e) pentransferan sumber-sumber pembangunan dari pusat ke berbagai daerah dalam bentuk Inpres.

Walaupun saat ini ephoria otonomi daerah masih terus bergulir dan semakin membuncah, terkadang masih ada Pemerintah daerah yang secara saklek menerima dan melaksanakan bulat-bulat kebijakan dari Pemerintah Pusat tanpa ada upaya untuk memfilter dan melakukan kaji ulang terhadap kebijakan tersebut yang disesuaikan dengan permasalahan di daerahnya, sehingga memberikan kesan Pemerintah daerah itu gamang dan memiliki standar ganda terhadap penyelesaian/penanggulangan kemiskinan.

Oleh Nasikun, dikemukakan bahwa model-model kebijakan yang terpusat seperti itu tidak jarang menghasilkan program-program pembangunan yang mengabaikan dan menurunkan kemampuan masyarakat untuk memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi melalui inisiatif lokal. Kondisi tersebut diharapkan dapat berubah sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah, karena konsep desentralisasi dalam undang-undang ini telah mengubah paradigma hubungan kekuasaan pusat dan daerah secara drastis. Sehingga sudah seharusnya upaya penanggulangan kemiskinan lebih mendapat tempat pada mainstream of development melalui program-program yang non-spesifik dan mempunyai cakupan yang luas secara komprehensif, integral dan berkelanjutan dengan mensyaratkan adanya identifikasi untuk mengetahui siapa, apa, bagaimana, dimana dan mengapa terjadi kemiskinan.

Berdasarkan uraian diatas kiranya kita semua dapat menemukan rumusan alternatif kebijakan untuk menanggulangi kemiskinan melalui identifikasi dimensi utama kemiskinan, tipe-tipe kemiskinan dan proses pemiskinan yang menjadi penyebab kemiskinan masyarakat, dengan asumsi bahwa profil kemiskinan pedesaan tidaklah sama, demikian pula dengan kelompok miskin spesifik pedesaan, sehingga dari identifikasi tersebut diharapkan dapat dijadikan landasan dalam menentukan alternatif kebijakan yang dianggap paling sesuai untuk menanggulangi masalah kemiskinan masyarakat di Kota Sibolga.

Metode

Kemiskinan merupakan persoalan serius yang memerlukan penanganan secara intensif dan selalu diusahakan untuk diminimalisir karena kemiskinan adalah suatu fenomena yang sangat kompleks dan bersifat multifaset/multidimensional, tetapi pada kenyataannya kemiskinan masih menjadi masalah yang selalu melekat dalam setiap sendi kehidupan masyarakat di Indonesia, tidak terkecuali di Kota Sibolga.

Dari konsentrasi masyarakat miskin di Kota Sibolga yang berada di wilayah pesisir pantai, dapat diketahui bahwa tidak tersedia resep tunggal untuk solusi yang mujarab pada kasus ini Lebih lanjut, masyarakat miskin tidak merupakan satu kelompok miskin yang sama, sehingga harus memahami karakter khusus masing-masing kelompok jika ingin menemukan cara yang paling efektif dalam menangani kemiskinan. Sehingga para perencana kebijakan perlu mengembangkan instrumen khusus sebagai respon/tanggapan terhadap situasi khusus tertentu dan pada saat yang sama menyesuaikan instrumen khusus tersebut dengan situasi yang baru. Setelah konsentrasi masyarakat miskin di Kota Sibolga dapat dipetakan, barulah kemudian dapat diketahui dimana persentase penduduk miskin terbesar, misalnya di Kecamatan X, maka wilayah konsentrasi tersebut ditetapkan satu kelurahan sebagai sampel dan selanjutnya permasalahan kasus ini dapat diperinci selanjutnya.

Landasan Teoritis

Ada tiga macam konsep kemiskinan antara lain : kemiskinan absolut, kemiskinan relatif, dan kemiskinan subyektif.

a. Konsep kemiskinan absolut dirumuskan dengan membuat ukuran tertentu yang konkret. Ukuran dari konsep ini berorientasi kepada kebutuhan hidup dasar minimum anggota masyarakat (sandang, pangan, dan papan). Karena ukurannya dipastikan, konsep kemiskinan ini mengenal garis batas kemiskinan.
b. Kedua, konsep kemiskinan relatif, dirumuskan dengan memperhatikan dimensi tempat dan waktu. Dasar asumsinya adalah kemiskinan di satu daerah berbeda dengan daerah lainnya dan kemiskinan pada waktu tertentu berbeda dengan waktu yang lain. Konsep kemiskinan semacam ini lazimnya diukur berdasarkan pertimbangan anggota masyarakat tertentu, dengan berorientasi pada derajat kelayakan hidup.
c. Ketiga, konsep kemiskinan subyektif, yang dirumuskan berdasarkan perasaan kelompok miskin itu sendiri. Kelompok yang menurut ukuran kita berada di bawah garis kemiskinan, boleh jadi tidak menganggap dirinya sendiri miskin (dan demikian pula sebaliknya), sehingga kelompok yang dalam perasaan kita tergolong hidup dalam kondisi tidak layak boleh jadi tidak menganggap dirinya sendiri semacam itu (demikian pula sebaliknya).

Sementara secara teoritis kemiskinan menurut Levitan adalah kekurangan barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standar hidup yang layak. Karena standar hidup itu berbeda-beda, maka tidak ada definisi kemiskinan yang diterima secara universal. Lebih dari itu, kemiskinan juga berarti suatu kompleks yang luluh dan saling berkaitan dari berbagai dimensi. Sebagaimana Sackrey menjelaskan bahwa hidup di dalam kemiskinan bukan hanya hidup di dalam kekurangan uang dan tingkat pendapatan yang rendah, akan tetapi juga di dalam tingkat kesehatan dan pendidikan yang rendah, perlakuan yang tidak adil di dalam hukum, kerentanan terhadap berbagai ancaman tindak kriminal, ketidakberdayaan menghadapi kekuasaan, dan di atas semuanya itu adalah ketidakberdayaan di dalam menentukan jalan hidupnya sendiri.

Sedangkan Nasikun mengatakan bahwa kemiskinan dalam artian “proper” (poverty proper) umumnya dipahami sebagai kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup, sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, kemiskinan merupakan suatu fenomena multifaset atau multidimensional. Kemudian untuk membahas kemiskinan di Asia Selatan dan Asia Tenggara, Ghose dan Griffin menggambarkan bahwa kemiskinan di negara-negara ini berarti kelaparan, kekurangan gizi, ditambah pakaian dan perumahan yang tidak memadai, tingkat pendidikan yang rendah, tidak ada atau sedikit sekali kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang elementer dan lain-lain.

Dari berbagai definisi yang dikemukakan sebelumnya, terlihat bahwa kemiskinan ditunjukkan dengan adanya gap/jurang antara nilai-nilai utama yang diakumulasikan dengan pemenuhan kebutuhan akan nilai tersebut secara layak. Selain itu kemiskinan berkaitan dengan aspek-aspek material (seperti pendapatan, pendidikan) dan aspek-aspek non material (seperti berbagai macam kebebasan, hak untuk hidup yang layak), kemiskinan juga merupakan salah satu ukuran keberhasilan dalam suatu proses pembangunan.

Dimensi, tipe dan proses pemiskinan

Pemahaman terhadap inti masalah kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dengan memakai teori dari Chambers, yang menyatakan bahwa kemiskinan masyarakat pedesaan adalah sebagai kemiskinan terpadu (Integrated poverty) dimana inti dari masalah kemiskinannya terletak pada apa yang disebut deprivation trap. Deprivation trap ini terdiri dari lima dimensi utama yang melingkupi kehidupan keluarga miskin antara lain yaitu :
1) Kemiskinan itu sendiri
2) Kelemahan fisik (physical-weakness)
3) Keterasingan/keterisolasian
4) Kerentanan (vulnerability)
5) Ketidakberdayaan (powerlessness).

Lebih lanjut Chambers mengemukakan bahwa tidak seluruhnya dari kelima dimensi utama kemiskinan tersebut dialami oleh masyarakat miskin pedesaan di negara-negara berkembang, sehingga Chambers menyatakan bahwa dimensi tersebut ada yang dialami dan ada pula yang tidak dialami oleh masyarakat miskin pedesaan.

Sedangkan Jazairy dkk mengemukakan bahwa dimensi utama kemiskinan dipandang dari perspektif alternatif ditunjukkan dengan berbagai indikator antara lain :

a. Deprivasi materiil, yang diukur dari kurangnya pemenuhan kebutuhan akan pangan, sandang, kesehatan, papan dan kebutuhan konsumsi dasar lainnya.
b. Isolasi, seperti dicerminkan oleh lokasi geografiknya maupun oleh marginalisasi rumah tangga miskin secara sosial dan politik. Mereka sering tinggal di daerah terpencil, hampir tanpa sarana transportasi dan komunikasi.
c. Alienasi, yaitu perasaan tidak punya identitas dan tidak punya kontrol atas diri sendiri. Ini timbul akibat isolasi dan hubungan sosial yang eksploitatif. Walaupun proses pembangunan berjalan seru dan menghasilkan tekhnologi baru, mereka tidak bisa ikut serta memanfaatkannya. Mereka kekurangan kecakapan yang bisa dijual.
d. Ketergantungan, kondisi inilah yang selama ini memerosotkan kemampuan si miskin untuk “bargaining” dalam dunia hubungan sosial yang sudah timpang antara pemilik tanah dan penggarap, antara majikan dan buruh. Buruh tidak punya kemampuan untuk menetapkan upah, petani tidak bisa menetapkan harga hasil taninya.
e. Ketidakmampuan membuat keputusan sendiri dan tiadanya kebebasan memilih dalam produksi, konsumsi, dan kesempatan kerja, serta kurangnya perwakilan sosio-politik mereka, tercermin dalam tidak adanya fleksibilitas dan berkurangnya kesempatan bagi simiskin di desa.
f. Kelangkaan asset membuat penduduk miskin di desa bekerja dengan tingkat produktivitas yang sangat rendah.
g. Kerentanan terhadap guncangan eksternal dan terhadap konflik-konflik sosial internal juga sangat berpengaruh terhadap status kemiskinan penduduk pedesaan. Kerentanan itu bisa timbul karena faktor alamiah (kemarau panjang, banjir, hama), karena perubahan pasar (merosotnya harga komoditi), kondisi kesehatan (penyakit) dan sebagainya.
h. Tidak adanya jaminan keamanan dari tindak kekerasan akibat status sosial rendah, karena lemah, karena faktor-faktor agama, ras, etnik, dan sebagainya.

Ada berbagai ukuran yang sudah baku untuk menggambarkan dimensi utama kemiskinan, sedikitnya terdapat dua macam perspektif yang lazim digunakan untuk menggambarkan dimensi utama kemiskinan, yaitu :

a) Perspektif Kultural, perspektif ini mendekati masalah kemiskinan pada tiga tingkat analisis yaitu individual, keluarga, dan masyarakat. Pada tingkat individual, kemiskinan ditandai dengan sifat yang lazim disebut a strong feeling of marginality seperti : sikap parokial, apatisme, fatalisme, boros, tergantung pada inferior. Pada tingkat keluarga, kemiskinan ditandai dengan sejumlah anggota keluarga yang besar dan free union or consensual marriages. Selanjutnya pada tingkat masyarakat, kemiskinan terutama ditunjukkan oleh tidak terintegrasinya kaum miskin dengan institusi-institusi masyarakat secara efektif. Mereka seringkali memperoleh perlakuan sebagai obyek yang perlu digarap daripada sebagai subyek yang perlu diberi peluang untuk berkembang.
b) Perspektif Situasional, menurut perspektif ini masalah kemiskinan dilihat sebagai dampak dari sistem ekonomi yang mengutamakan akumulasi kapital dan produk-produk teknologi modern. Penetrasi kapital antara lain mengejawantah dalam program-program pembangunan yang dinilai lebih mengutamakan pertumbuhan dan kurang memperhatikan pemerataan hasil pembangunan. Program-program itu antara lain berbentuk intensifikasi, ekstensifikasi dan komersialisasi pertanian untuk menghasilkan pangan sebesar-besarnya guna memenuhi kebutuhan nasional dan ekspor.

Sementara Ellis menyatakan bahwa dimensi utama kemiskinan dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Kemiskinan Ekonomi, secara ekonomi kemiskinan dapat diartikan sebagai kekurangan sumber daya yang dapat di gunakan untuk meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang. Kemiskinan ini dapat diukur secara langsung dengan menetapkan persediaan sumber daya yang tersedia pada kelompok itu dan membandingkannya dengan ukuran-ukuran baku. Dimensi ini menjelma dalam berbagai kebutuhan dasar manusia yang sifatnya material, yaitu seperti pangan, sandang dan perumahan. Namun, yang perlu mendapat perhatian adalah kemiskinan yang berkaitan dengan sumber daya penting yang menentukan kesejahteraan masa datang daripada saat ini. Dimensi ini dapat diukur dalam rupiah meskipun harganya akan selalu berubah-ubah setiap tahunnya tergantung dari tingkat inflasi rupiah itu sendiri. Jadi, kemiskinan ekonomi menyangkut kekurangan sumber daya yang dibutuhkan untuk konsumsi dan produksi.
2. Kemiskinan Sosial, dapat diartikan sebagai kekurangan jaringan sosial dan struktur sosial yang mendukung untuk mendapatkan kesempatan-kesempatan agar produktivitas seseorang meningkat. Dimensi kemiskinan ini ukurannya sangat bersifat kualitatif. Kemiskinan ini dapat muncul sebagai akibat nilai-nilai dan kebudayaan yang dianut oleh sekelompok orang itu sendiri. Lapisan yang secara ekonomis miskin akan membentuk kantong-kantong kebudayaan yang disebut budaya kemiskinan demi kelangsungan hidup mereka. Budaya kemiskinan ini dapat ditunjukkan dengan terlembaganya nilai-nilai seperti apatis, apolitis, fatalistik, ketidakberdayaan, dan lain sebagainya. Untuk itu, serangan terhadap kemiskinan sama artinya pula dengan pengikisan budaya ini. Apabila budaya ini tidak dihilangkan, maka kemiskinan ekonomi juga akan sulit untuk ditanggulangi.
3. Kemiskinan politik atau struktural, kemiskinan ini menekankan pada derajat akses terhadap kekuasaan. Kekuasaan yang dimaksud mencakup tatanan sistem sosial-politik yang dapat menentukan alokasi sumber daya untuk kepentingan sekelompok orang atau tatanan sistem sosial yang menentukan alokasi penggunaan sumber daya. Kemiskinan ini terjadi karena orang miskin tersebut tidak memiliki sarana untuk terlibat dalam proses politik, tidak memiliki kekuatan politik, sehingga menduduki struktur sosial paling bawah. Ada asumsi yang menegaskan bahwa orang yang miskin secara struktural dan politis akan miskin dalam bidang material (ekonomi). Untuk itu langkah pengentasan kemiskinan yang akan diambil harus bisa mengatasi hambatan-hambatan yang sifatnya struktural dan politis.

Selain itu ada beberapa ukuran lain mengenai kemiskinan, untuk Indonesia dikenal ada tiga macam cara pengukuran kemiskinan. Yang pertama adalah metode yang dikembangkan oleh Sayogyo, yang mengusulkan cara mengukur kemiskinan dengan pendekatan kemiskinan absolut. Cara yang dikembangkan adalah memperhitungkan standar kebutuhan pokok berdasarkan atas kebutuhan beras dan gizi. Ada tiga golongan orang miskin, yaitu golongan paling miskin dan mempunyai pendapatan per kapita per tahun beras sebanyak 240 kg atau kurang, golongan miskin sekali yang memiliki pendapatan per kapita per tahun beras sebanyak 240 kg hingga 360 kg, dan lapisan miskin yang memiliki pendapatan beras per kapita per tahun lebih dari 360 kg tetapi kurang dari 480 kg.

Metode kedua dikembangkan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) dengan menghitung pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi berdasarkan data Survei Sosial-Ekonomi Nasional (SUSENAS). Garis batas kemiskinan versi BPS ditetapkan berdasar tingkat pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi 2.100 kalori per-orang per hari plus beberapa kebutuhan non makanan lain, seperti sandang, papan, jasa dan sebagainya. Metode ketiga adalah kriterion kesejahteraan yang disebut indeks Kebutuhan Fisik Minimum (KFM), yaitu nilai barang dan jasa minimum yang diperlukan oleh satu keluarga kota per-bulan, KFM ini ditetapkan per-provinsi masing-masing.

Indikator desa miskin menurut BPS terbagi ke dalam tiga variabel yaitu : 1) Sarana dan prasarana phisik dengan melihat fasilitas dan potensi desa; 2) Fasilitas perumahan dan lingkungan; 3) keadaan penduduk. Sedangkan data masyarakat miskin menurut BKKBN digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui penggolongan kelompok miskin dalam masyarakat, dimana indikator penentu kemiskinan masyarakat adalah indikator yang ada pada tahapan Keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan Keluarga Sejahtera I alasan ekonomi yang dapat menggambarkan kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan kualitas pangan, sandang dan tempat tinggal (papan). Indikator untuk Keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi (keluarga miskin sekali) meliputi : 1) seluruh anggota keluarga tidak dapat makan 2 kali sehari; 2) anggota keluarga tidak memiliki pakaian yang berbeda; 3) bagian lantai rumah terluas dari tanah. Kemudian untuk Keluarga Sejahtera I alasan ekonomi (keluarga miskin) indikatornya meliputi : 1) luas lantai rumah kurang dari 8 m² untuk tiap penghuni; 2) dalam satu minggu tidak mampu makan daging/ikan/telur; 3) dalam satu tahun tidak mampu membeli satu stel pakaian baru.

Berdasarkan dimensi kemiskinan sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya, dapat dikemukakan bahwa kemiskinan terklasifikasi menjadi lima tipe, antara lain :

1. Kemiskinan interstitial, terjadi karena kondisi deprivasi materiil dan alienasi yang mendorong timbulnya kantong-kantong kemiskinan dimana dikelilingi oleh pemilik kekayaan, kekuasaan dan asset lain yang besar. Dalam kondisi seperti ini sulit melakukan intervensi untuk penanggulangan kemiskinan tanpa diselewengkan oleh mereka yang tidak miskin itu.
2. Kemiskinan periferal, kemiskinan ini terdapat di wilayah-wilayah pinggiran dan terjadi akibat deprivasi materiil yang berlangsung dalam keadaan isolasi dan alienasi.
3. Kemiskinan overcrowding, deprivasi materiil akibat desakan kependudukan dan kelangkaan sumber daya akan mendorong timbulnya alienasi dan kemiskinan jenis ini.
4. Kemiskinan sporadik atau traumatik, yaitu yang timbul akibat kerentanan terhadap bencana alam (misalnya, kemarau panjang), hilangnya lapangan pekerjaan dan ketidak amanan yang mungkin sementara tetapi seringkali berkembang menjadi endemik.
5. Kemiskinan endemik bisa timbul akibat isolasi, alienasi, deprivasi teknologis, ketergantungan dan kelangkaan asset.

Rahardja menyebutkan kondisi kemiskinan disebabkan oleh tujuh faktor yang berbeda, diantaranya adalah :

a. Pertama, kesempatan kerja. Seseorang itu miskin karena menganggur, sehingga tidak memperoleh penghasilan atau kalau bekerja tidak penuh, biasanya disebut sebagai gejala setengah menganggur (disguised unemployment), baik dalam ukuran hari, minggu, bulan atau tahun.
b. Kedua, upah gaji di bawah standar minimum. Seseorang bisa memiliki pekerjaan tertentu tetapi jika upahnya di bawah standar, sementara itu pengeluarannya cukup tinggi, maka orang tersebut juga tergolong miskin.
c. Ketiga, produktivitas yang rendah. Lebih dari 60,0 % insiden kemiskinan terdapat di sektor pertanian. Pada umumnya kemiskinan di sektor ini disebabkan karena produktivitas yang masih rendah, penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan dengan meningkatkan produktivitas.
d. Keempat, ketiadaan asset. Misalnya di bidang pertanian, kemiskinan terjadi karena petani tidak memiliki lahan ataupun kesempatan untuk mengelola lahan.
e. Kelima, diskriminasi. Kemiskinan bisa juga terjadi karena diskriminasi jenis kelamin. Dari data upah diketahui bahwa penghasilan perempuan per bulan rata-rata 56,0 % saja dari penghasilan laki-laki. Jika hal itu merupakan tambahan bagi penghasilan keluarga, maka penghasilan perempuan ikut mengangkat keluarga dari kemiskinan. Tetapi bagi wanita mandiri, misalnya yang belum kawin atau menjanda, maka hal itu berarti kemiskinan.
f. Keenam, tekanan harga. Pendapatan yang rendah bukan hanya disebabkan karena rendahnya produktivitas, melainkan juga karena tekanan harga. Hal ini terutama berlaku pada petani kecil dan pengrajin dalam industri rumah tangga. Tekanan harga juga bukan hanya disebabkan oleh mekanisme permintaan dan penawaran bebas, tetapi juga ditetapkan oleh pembeli, penimbunan, aturan tata-niaga dan berbagai bentuk manipulasi.
g. Ketujuh, penjualan tanah. Penjualan tanah, baik tanah pertanian, pertambakan atau perumahan bisa menimbulkan kejatuhan dan akhirnya kemiskinan.

Sedangkan dalam perspektif alternatif, proses pemiskinan terjadi disebabkan oleh berbagai mekanisme berikut :

a. Policy bias, kebijakan pemerintah yang cenderung mengutamakan kota, mengistimewakan komoditi ekspor, kebijakan harga pangan yang mengistimewakan bahan makan impor dsb, seringkali merupakan penyebab utama kemiskinan.
b. Dualisme ekonomi, dalam proses ini sumber daya yang paling baik diambil untuk mengembangkan pertanian komersial besar dan berorientasi ekspor, sementara petani kecil dan pinggiran tidak punya kesempatan berkembang.
c. Tekanan kependudukan, masalah ini berkaitan dengan kelangkaan tanah.
d. Manajemen sumber daya dan lingkungan, kemiskinan dipedesaan dan malnutrisi sangat erat terkait dengan persoalan kelangkaan sumber daya alam.
e. Siklus dan proses alamiah, kelangkaan pangan yang bersifat musiman seringkali memperburuk kemiskinan karena penduduk miskin di pedesaan terpaksa segera menjual hasil taninya walaupun dengan harga murah hanya demi memenuhi kebutuhan jangka pendek, dan membeli kembali ketika harganya tinggi. Ini berarti hilangnya kesempatan untuk menabung bahkan menimbulkan persoalan hutang.
f. Marjinalisasi wanita, wanita sering mengalami diskriminasi. Di beberapa daerah jumlah wanita yang menanggung beban keluarga semakin banyak. Mereka biasanya tergantung pada bidang kerja yang berpenghasilan rendah. Mereka umumnya juga sulit memperoleh akses ke input, pelatihan atau kredit.
g. Proses-proses kelembagaan, kelangkaan akses ke tanah dan pengairan, pengaturan bagi-hasil dan sewa-menyewa tanah yang timpang, pasar yang kurang berkembang, kelangkaan kredit, input, kurangnya fasilitas pelatihan dan sebagainya juga penyebab penting kemiskinan
h. Tengkulak yang eksploitatif, orang miskin di pedesaan menghadapi berbagai jenis tengkulak yang eksploitatif. Eksploitasi dari pemilik kepada penggarap, pelepas uang terhadap peminjamnya, pedagang terhadap petani kecil dan sebagainya.
i. Fragmentasi politik internal dan gejolak sosial, kemiskinan di daerah-daerah konflik di Indonesia yang berkepanjangan jelas berkaitan dengan fragmentasi politik internal dan gejolak sosial.
j. Proses-proses internasional di negara-negara yang penghasilannya tergantung pada pasar internasional, gejolak sistem internasional akan langsung terasa akibatnya pada kehidupan mereka. Fluktuasi suku bunga internasional, meroketnya nilai tukar Dollar Amerika, merosotnya harga minyak dan sebagainya sangat berpengaruh terhadap ekonomi mereka. Penyediaan dana untuk program penanggulangan kemiskinan sangat tergantung pada proses internasional.

Kemiskinan Masyarakat Periphery /Nelayan pesisir

Dari beberapa jenis penyebab proses pemiskinan tersebut telah menciptakan kelompok masyarakat spesifik kemiskinan di pedesaan, yaitu kelompok masyarakat pedesaan yang secara fungsional digolongkan memiliki kerentanan akibat dari berbagai proses pemiskinan pedesaan, kelompok tersebut antara lain :

1) Petani kecil (rumah tangga yang memiliki lahan pertanian kurang dari tiga hektar tanah);
2) Buruh tani yang tidak memiliki tanah (rumah tangga tanpa lahan pertanian);
3) Masyarakat nomaden/pengembara ( rumah tangga yang secara spesifik tidak berdiam di suatu tempat/area dan kebanyakan mereka memperoleh konsumsi dan pendapatannya dari berladang dan berternak secara berpindah-pindah);
4) Masyarakat suku terasing/pribumi (kelompok masyarakat yang memiliki status linguistik, literacy serta kebudayaan yang rendah dan terbelakang, biasanya berdiam di suatu wilayah yang terpencil dan terisolir);
5) Nelayan kecil dan artisanal (rumah tangga yang memiliki mata pencaharian sebagai nelayan, dimana aktivitas mencari ikannya dalam skala kecil dengan menggunakan teknologi yang rendah seperti menggunakan perahu kecil non-mesin);
6) Masyarakat pengungsi (adalah masyarakat yang di kategorikan sebagai pengungsi berdasarkan konvensi PBB dan masyarakat yang terpaksa harus mengungsi/harus pindah sementara waktu dari tempat tinggal mereka karena berbagai sebab tertentu);
7) Rumah tangga dikepalai wanita (suatu keluarga dimana kepala rumah-tangganya adalah seorang wanita sebagai tulang punggung dalam mencari mata pencaharian sehari-hari).

Dalam kaitannya dengan kemiskinan nelayan, usaha pembangunan yang tradisional biasanya mengabaikan nelayan kecil dan miskin. Kelompok nelayan miskin merupakan representasi dari kelompok besar yang kurang beruntung, perolehan penghasilan mereka yang tidak tetap, sementara teknologi tradisional yang mereka pakai sering kehabisan bahan dasar serta keterbatasan modal menjadikan mereka secara fungsional sangat rentan. Di berbagai daerah mereka telah terpinggirkan dan sudah mulai rentan karena penangkapan ikan yang berlebih, persaingan dengan nelayan kaya yang bermesin, eksploitasi dari para calo, pedagang bahkan KUD yang mendominasi akses terhadap pasar dan modal.

Sementara itu suatu studi yang lain membagi sumber kemiskinan nelayan menjadi dua faktor antara lain :

a. Faktor alamiah, faktor alamiah berkaitan dengan fluktuasi musim-musim penangkapan dan struktur alamiah sumber daya ekonomi desa.
b. Faktor non-alamiah berhubungan dengan keterbatasan daya jangkau teknologi penangkapan, ketimpangan dalam sistem bagi hasil dan tidak adanya jaminan sosial tenaga kerja yang pasti, lemahnya penguasaan jaringan pemasaran dan belum berfungsinya koperasi nelayan yang ada, serta dampak negatif dari kebijakan modernisasi perikanan.

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Periphery/Nelayan pesisir

Kemiskinan pedesaan / pesisir sangat kompleks dan merupakan fenomena yang multidimensi dimana merangkap kelompok masyarakat spesifik dengan sangat dinamis. Isu utama kemiskinan adalah keterbatasan akses terhadap produktif resources, sehingga diperlukan adanya kebijakan dan kelembagaan yang mampu memperluas ruang bagi kaum miskin untuk mengakses produktif resources. Untuk itu diperlukan strategi penanggulangan kemiskinan melalui pemberdayaan kelompok-kelompok masyarakat spesifik kemiskinan di pedesaan, dimana strategi tersebut memungkinkan dikembangkannya partisipasi dan partnership masyarakat miskin.

Tekanan sosial-ekonomi dan kemiskinan yang dihadapi rumah tangga nelayan berakar pada berbagai faktor kompleks yang saling terkait. Dengan kondisi demikian, diperlukan elemen-elemen strategi guna pengembangan kondisi kesejahteraan nelayan miskin, meliputi :

1) Pengembangan kemampuan manajemen dan konservasi/pelestarian;
2) Meningkatkan teknologi nelayan;
3) Akses ke lembaga kredit, hasil penelitian, dan peningkatan pelayanan;
4) Memperpendek mata rantai jalur pemasaran hasil laut agar jalur pemasaran menjadi lebih efektif bagi nelayan.

Sementara Nasikun dkk, mengemukakan suatu model peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat nelayan miskin untuk menanggulangi kemiskinan mereka, dimana model tersebut dibangun berdasarkan dua buah hipotesis berikut :

a. Pertama, bahwa secara umum keberhasilan suatu model peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat nelayan miskin menuntut integrasi sinergis introduksi tiga hal sekaligus : 1) Teknologi baru penangkapan dan pengolahan ikan; 2) Pengembangan struktur-struktur ekonomi (jaringan pasar, koperasi dan organisasi ekonomi yang lain); 3) Pengembangan wadah dinamika kelompok dan dinamika masyarakat yang dibangun dan dilestarikan di atas bekerjanya keseluruhan way of life yang hidup di kalangan masyarakat nelayan.
b. Kedua, bahwa di dalam penerapannya di lapangan, suatu model peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat menuntut kesesuaian atau kesebangunan dengan karakter masyarakat nelayan tempat model itu akan diaplikasikan.

Sejalan dengan paradigma penanggulangan kemiskinan, Komisi Penanggulangan Kemiskinan (KPK) RI yang dibentuk melalui Keppres Nomor 124/2001, jo Keppres Nomor 8/2002, jo Keppres Nomor 34/2002 menetapkan Pemberdayaan Masyarakat sebagai strategi penanggulangan kemiskinan. Strategi ini dilaksanakan melalui dua upaya, yaitu:

1. Upaya pengurangan beban pengeluaran masyarakat miskin dilakukan melalui penajaman alokasi APBN, yaitu melalui :
a. Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dengan melakukan tiga pemberdayaan yaitu pada usahanya yang berupa bantuan teknis untuk permodalan dan pendampingan, pada manusianya yaitu berkaitan dengan pendidikan, pelatihan dan peningkatan kesehatan; dan pada lingkungannya yang berupa sarana-prasarana pendukung usaha atau kegiatan produktif masyarakat miskin.
b. Bantuan Operasional Pembangunan (BOP) kepada departemen/ LPND/instansi terkait untuk melakukan pembinaan teknis terhadap lembaga-lembaga di Tingkat Daerah. Pembinaan teknis yang diterapkan meliputi pembinaan kepada manusianya, usahanya, kelembagaannya, monitoring evaluasi dan pengendaliannya.
2. Upaya peningkatan produktivitas dapat dilakukan melalui pengembangan dan pemberdayaan usaha masyarakat terutama Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang meliputi penajaman program, pendanaan dan pendampingan.

Bantuan langsung kepada masyarakat di atas dapat dilakukan antara lain melaluipembentukan unit-unit pengelola keuangan mandiri (UPKM) yang dibentuk olehmasyarakat dalam pengelolaan bantuan, sehingga masyarakat dapat terlibat secara langsung terhadap penerapan suatu kebijakan mulai dari perencanaan,pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta pengendalian program itu sendiri. Keterlibatan lembaga keuangan juga dapat sekaligus berfungsi sebagai lembagapendampingan untuk penyiapan unit-unit pengelola keuangan yang dibentuk di
masyarakat.

Selain model-model tersebut, ada strategi lain yang dapat diaplikasikan guna meningkatkan kesejahteraan nelayan miskin, sebagaimana dikemukakan oleh Kusnadi yang menawarkan strategi diversifikasi pekerjaan yakni menggabungkan/mengkombinasikan pekerjaan menangkap ikan dengan pekerjaan lainnya seperti berkebun, beternak, mengelola tambak, menjadi buruh dan lain-lain. Diversifikasi pekerjaan ini dilakukan terutama pada saat musim paceklik ikan tiba, sehingga diharapkan sumber-sumber pendapatan nelayan semakin beragam dan akses ke sumber daya ekonomi akan lebih luas dan fleksibel. Tetapi strategi diversifikasi ini mensyaratkan tersedianya sumber-sumber daya ekonomi yang banyak di suatu wilayah agar peluang-peluang pekerjaan di luar sektor perikanan juga semakin banyak, selain itu diversifikasi pekerjaan juga memerlukan waktu dan proses yang cukup lama.

Akhirnya, setelah kita bisa mengidentifikasi mengenai masalah kemiskinan dan siapa saja bagian dari anggota masyarakat yang mengalami masalah kemiskinan tersebut, maka kita bisa menentukan arah dari alternatif kebijakan penanggulangan kemiskinan. Karena kebijakan penanggulangan kemiskinan harus bersifat multidimensional, maka para perencana program penanggulangan kemiskinan haruslah menghayati benar apa yang menjadi sumber dari kemiskinan di daerahnya melalui pemahaman profil kemiskinan tanpa mengabaikan dimensi, tipe dan proses pemiskinan masyarakat pedesaan. Untuk itu Pemerintah daerah harus segera melakukan research yang mendalam dan sungguh-sungguh sehingga kelak diharapkan policy yang akan diambil oleh pemerintah daerah dapat relevan dengan titik masalah yang ada. Semoga .............

Tiada gading yang tak retak .......................

From various resourches.


17 komentar:

  1. Teorinya sich ok bangeet pak...!!! cuma masih ada ga' yach pemimpin kita yang mo nerapkannya...? mrka tau ga' yach kalo rakyat udah smakin lapar. Kaya'nya mereka udah frustasi nunggu janji2 manis yang disampaikan pada waktu sbelum bliau2 itu duduk dikursi yang empuk skrang, kasian lho rakyat frustasi dalam keadaan lapar..... Smua rame2 bikin teori, rame2 bikin program. tapi kaya'nya gak tepat sasaran dalam pelaksanaannya, Pemimpin kita skrang slalu mnempatkan kepentingan pribadi mreka dalam setiap kebijakan yang diambil. Ini kata mereka yang lapar lho pak, "kami ga' butuh berobat gratis, kami ga' butuh sekolah gratis. Tapi yang kami butuhkan pekerjaan dan penghasilan yang layak". lha ini gimana lagi ya pak........? makin bingung aja yach......? Sepertinya negara kita udah salah urus yach pak..? masak negara yang katanya gemah ripah lohjinawi, kok ada yang kena busung lapar, malah sampe lewat lagi. Negara kita katanya salah satu penghasil minyak terbesar, kok minyak tanah langka yach...? Kebun sawit dimana-mana, tapi mnyak goreng mahal...., satu lagi gas bumi katanya mlimpah, kok rakyat bisa ngantri yach pak....? Branjak dari hal di atas, wajar yach pak kalo ada yang bilang "INDONESIA IDIOT....? KENAPA TANYA.....!!!!?.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kisah Nyata
      Assalamualaikum wrb,saya Sri Wardani asal Solo niat saya hanya ingin berbagi kebaikan khusus kepada orang yang mengalami kesusahan,percaya tidak percaya semua kembali pada pembaca postingan saya,awalnya saya seorang pengusaha yang bisa dibilang sukses,tapi banyak yang tidak suka kalau saya sukses,bisnis saya bangkrut dan saya sempat jadi pemulung saya punya anak dua dan masih kecil2,saya sempat putus asa dan tidak tau mau berbuat apa dan saya juga sempat mau mengakhiri hidup,tapi setiap saya melihat anak saya semua putus asa saya hilang,tanpa disengaja ada seseorang member saya dia menyarangkan saya untuk menghubungi Ki Abdullah,beliau memberikan saran yang tidak melenceng dari ajaran agama,awalnya sih saya ragu tapi saya beranikan diri mencoba saran dari Aki,syukur Alhamdulillah dengan saran beliau saya sekarang sukses kembali dan saya bisa biayai sekolah anak saya sampai selesai,terima kasih Ki berkat aki saya bisa sukses kembali,ini pengalaman pribadi saya khusus bagi teman2 yang sempat baca dan punya masalah silahkan hub Aki Abdullah di nomor 0823-3975-5544 insya allah dikasi solusi,semua masalah bisa diatasi AKI. Ini pengalaman saya khusus yang serius saja silahkan hub beliau,terima kasih kepada yang punya room ini karna saya sempat berbagi pengalaman dan mudah2han bisa membantu,assalamualaikum wrb. Allahuakbar...Allahuakbar...





      Hapus
  2. Untuk kota kita bagaimana pak penerapannya....???

    Aplikasi penanggulan yang bagaimana harus kita terapkan untuk menyelesaikan malasalah kemiskinan nelayan di kota kita tercinta nech...beri pencerahan pak...!!!

    BalasHapus
  3. for bung Fahri :
    klo nurut dq siy...kita harus ttp mlakukan kajian yg mendalam, jd jgn ujug2 nrimo dr kebijakan2 yg sdh ada....spt misal..klo kita mo nambel ban bocor...kan ban maem2, ada yg biasa ada yg tubeless, tentu solusinya beda, yg satu dibakar, yg satu lg disuntik. Oleh karna itu makanya kita g bs mbuat penyeragaman solusi...wlopun mmg sudah ada tersedia beberapa opsi. smoga maklum...

    BalasHapus
  4. Ayo kita buat gebrakan untuk membangun kota kita nech, agar kemiskinan segera enyah dari kota kita tercinta nech....!!
    Apa memang di kota kita nech kemiskinan nelayan semakin parah..???

    BalasHapus
  5. klo kmiskinan nelayan smakin parah di kota qta, dq g bs kasiy komen yg valid, krn butuh pengkajian mendalam..tp yg jlas, dr hasil share dq dgn tmn2 nelayan tradsnl, mmg knyataannya begitu, apalagi ditambah lg dgn kenaikan harga BBM..

    BalasHapus
  6. Ayo kita buat gebrakan untuk membangun kota kita nech, agar kemiskinan segera enyah dari kota kita tercinta nech....!!
    Apa memang di kota kita nech kemiskinan nelayan semakin parah..???

    BalasHapus
  7. semoga saja negeri kita tercinta ini taun depan bisa lebih baik lagi, dan para tikus bisa dimusnahkan

    BalasHapus
  8. Health nuts are going to feel stupid someday, lying in hospitals dying of nothing.

    BalasHapus
  9. Keep Up the good work. Everyone is Opened to there opinion. Excellent blog here, i am “still reading this

    BalasHapus
  10. kenapa negara kita banyak yang miskin karena pada umunya negara kita paling padat jumlah penduduknya, ketimbang adanya lapangan pekerjaan. di sinilah di butuhkan peran pemerintah untuk mengatasi kemiskinan itu sendiri sekian wassalam.

    BalasHapus
  11. Halo semua,
    Nama saya nur syarah, saya dari kota Bogor di Indonesia. Saya ingin menggunakan media ini untuk menyarankan semua orang untuk berhati-hati dalam mendapatkan pinjaman di sini, begitu banyak pemberi pinjaman di sini semuanya penipu dan mereka hanya di sini untuk menipu Anda dengan uang Anda, saya mengajukan pinjaman sekitar 150 juta dari seorang wanita di Filipina dan saya kehilangan sekitar 10 juta tanpa mengambil pinjaman, mereka bertanya lagi dan lagi untuk biaya, saya membayar hampir 10 juta masih saya tidak mendapatkan pinjaman, ada yang menunjukkan kepada saya sekitar 2 kali dari dua yang berbeda perempuan di Filipina, saya berharap saya akan bertemu orang yang tepat, tetapi saya tidak.

    Tuhan menjadi kemuliaan, saya bertemu dengan seorang teman yang baru saja mengajukan pinjaman, dan dia mendapat pinjaman tanpa tekanan, jadi dia memperkenalkan saya kepada Nyonya Margaret pedro, CEO perusahaan pinjaman Margaret, dan saya mengajukan permohonan untuk 420 juta, saya pikir itu adalah lelucon dan penipuan, tetapi saya mendapatkan pinjaman dalam waktu kurang dari 24 jam hanya 2% tanpa jaminan. Saya sangat bahagia karena saya diselamatkan dari kemiskinan.

    jadi saya menyarankan semua orang di sini yang membutuhkan pinjaman untuk dihubungi
    Nyonya Margaret pedro melalui email: margaretpedroloancompany@gmail.com

    Anda masih dapat menghubungi saya jika Anda memerlukan informasi lebih lanjut melalui email: nursyarah36@gmail.com

    sekali lagi terima kasih semua untuk membaca kesaksian saya, hubungi ibu Margaret hari ini saya jamin, Anda akan bersaksi seperti yang telah saya lakukan. Semoga Tuhan terus memberkati kita semua dan memberi kita umur panjang dan kemakmuran.

    BalasHapus
  12. Saya Devina dari Indonesia di Surabaya, saya mencurahkan waktu saya di sini karena janji yang saya buat kepada Nyonya Elizabeth yang kebetulan menjadi peminjam daring perusahaan pinjaman Elizabeth dan saya berdoa kepada ALLAH agar dia melihat tulisan saya satu hari ini.

     Beberapa bulan yang lalu saya melihat komentar yang diposting oleh seorang wanita bernama Arnah dan bagaimana ia telah scammed meminta pinjaman online dari Dr James Mowat, menurutnya sebelum ALLAH mengarahkannya ke tangan Ny. Elizabeth dan Ny. Elizabeth meminjamkan Rp250.000.000 Rupiahnya tanpa stres dan penundaan, jangan hubungi Dr James Mowat melalui email: jamesmowatloanfirm@gmail.com untuk menghindari menjadi korban penipuan.

    Saya memutuskan untuk menghubungi Arnah untuk mengkonfirmasi apakah itu benar dan untuk membimbing saya bagaimana cara mendapatkan pinjaman dari Ny. Elizabeth, dia mengatakan kepada saya untuk menghubungi Ny. Elizabeth. Saya berkeras bahwa dia harus memberi tahu saya proses dan kriteria yang dia katakan. sangat mudah tentang cara mengajukan pinjaman dari Ny. Elizabeth, yang perlu saya lakukan adalah menghubunginya, mengisi formulir aplikasi, mengembalikannya, mengirim salinan kartu identitas saya yang telah dipindai, kemudian mendaftar ke perusahaan dan setelah itu saya akan mendapatkan pinjaman saya . maka saya bertanya kepadanya bagaimana Anda mendapatkan pinjaman Anda? dia menjawab mengatakan itu semua yang dia lakukan, itu sangat mengejutkan.

     Saya menghubungi Ny. Elizabeth dan saya mengikuti instruksi dengan hati-hati, untungnya bagi saya, saya memenuhi persyaratan mereka dan pinjaman saya disetujui, tetapi sebelum pinjaman dipindahkan ke akun saya, saya diminta membuat janji untuk membagikan kabar baik Ny. Elizabeth dan itu adalah mengapa Anda melihat posting ini hari ini. yang mengejutkan saya, saya menerima peringatan dari 150000000 Rupiah. Jadi saya menyarankan setiap orang yang mencari sumber yang dapat dipercaya untuk mendapatkan pinjaman untuk menghubungi Mrs Elizabeth melalui Email: elizabethchristopherloan@gmail.com untuk pinjaman yang aman, Anda juga dapat menghubungi saya di Email saya : devinairf128@gmail.com atau Anda juga dapat menghubungi Arnah di arnahnana01@gmail.com. Saya percaya satu belokan yang baik layak yang lain.

    BalasHapus

Saya sangat berterima kasih bila teman berkunjung dan meninggalkan komentar. Yakinlah teman, saya "pasti" akan melakukan hal yang sama, karena hidup akan semakin indah, jika kita saling memberi dan menerima.