14 Desember 2008

Kita Terjual Oleh Sebuah Formalitas

Beberapa hari yang lalu ketika saya sedang asyik-asyiknya merokok di beranda rumah, tiba-tiba handphone saya berdering, ternyata panggilan tersebut berasal dari seorang teman yang kebetulan bekerja sebagai Branch Manager (BM) sebuah hotel terbesar di kotaku.

Karena ID penelpon sudah saya kenal dan memiliki hubungan yang cukup baik, maka langsung saya angkat telepon itu, dan terjadi percakapan yang cukup panjang, dan inilah beberapa “kutipan” dari pembicaraan kami tersebut :
BM : Selamat sore dan Assalaamu ‘alaikum Pak..
Saya : Ya, selamat sore... Wa ‘alaikum salam mas, apa kabar nih..?
BM : Alhamdulillah baik-baik saja Pak…
Saya : “Oooh...syukurlah....kira-kira ada apa nih mas”? tanyaku.
BM : Iya...begini pak,...maaf sebelumnya, ada hal yang akan saya sampaikan, tapi jangan sampai Bapak merasa tersinggung, karena saya akan menyampaikan informasi yang sangat penting...
Saya : Silahkan mas, tidak apa-apa kok, asal untuk kebaikan kita bersama.
BM : Maaf pak, Saya tadi menerima telepon dari seseorang (08**60******/pra bayar) yang mengaku-ngaku sebagai bapak. Ia (bapak) mengaku menerima tamu dari “Bawah Pusat”, dan meminta saya untuk turut membantu biaya untuk kembali ke “Bawah Pusat”, dengan mengirimkan sejumlah uang ke rekeningnya...! Karena saya curiga terhadap suaranya yang tidak mirip dengan suara bapak dan tidak menggunakan nomor hp yang biasa bapak gunakan, maka saya langsung menjawab bahwa saya belum punya “rejeki”... (singkat cerita…) Lantas diapun menjawab, okelah kalau Bapak tidak mau berpartisipasi ...(dengan nada mengancam dan sok jagoan!)..
Saya : Terus bagaimana mas?
BM : Itulah sebabnya saya langsung konfirmasi kepada Bapak..

Singkatnya …(supaya gak makan bandwidth…he..he......), akhirnya saya jelaskan kepada sang BM, bahwa selama saya bertugas, tidak pernah melakukan hal sepicik itu. Tak luput sayapun mengucapkan terima kasih kepada sang BM yang telah melakukan konfirmasi kepada saya. Dibalik ucapan terima kasih itu, saya tetap dibayang-bayangi dengan perasaan khawatir, karena tidak menutup kemungkinan nama saya “dijual” pada beberapa korban lain, yang bermuara pada menurunnya kepercayaan dan kredibilitas saya! Ce ileh…..macam bettuull azaa….

Atas informasi tersebut, saya segera mendatangi kantor provider dari telepon selular itu. Dan diterima oleh seorang costumer service (cs) yang manissmpe jadi lupa sama yang dirumah…kwkwkwk..Namun jawaban yang saya terima SANGAT TIDAK MEMUASKAN!. Dengan berbagai alasan, mereka menyatakan tidak sanggup “mengejar” keberadaan pelaku. Lhhoo..jadi untuk apa gunanya registrasi?? Sehingga saya berpikiran apriori kepada mereka. Sementara jika kita membeli kartu perdana sellular pra bayar, kepada kita dipersyaratkan untuk melakukan registrasi, dan jujur saja kita bisa ASAL-ASALAN mengisi registrasi tersebut, (hal ini diakui oleh pihak provider telepon selular, melalui mbak cs yang manis tadi....)!

Sebagai orang awam, saya berpikiran bahwa registrasi pada dasarnya dibuat dengan tujuan agar data para pengguna kartu sellular pra bayar dapat disimpan dalam database mereka, dapat diketahui identitas diri pengguna, sehingga (paling tidak) dapat mencegah dan meminimalisir tindakan-tindakan negatif yang mungkin saja timbul seperti teror via telepon maupun modus penipuan-penipuan seperti yang “melibat-libatkan” saya.

Nah….kalau mau buat aturan, yah buat aja yang sebenarnya, tapi kalau memang kita “maklum” dengan registrasi yang asal-asalan tersebut, lebih baik hapuskan sajalah kebijakan itu, kalau toh semua itu hanya untuk memenuhi syarat legitimasi atau sebuah FORMALITAS yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Negeri kita ini memang adalah sebuah negeri formalitas, banyak hal-hal lain yang berkaitan dengan formalitas itu dalam berbagai elemen kehidupan, mulai dari berbagai acara-acara ceremonial yang tidak “prinsip” justru diagung-agungkan dan mengeluarkan budget yang besar (nota bene merupakan hasil dari kumpulan pajak dan retribusi masyarakat), hingga kebijakan-kebijakan formalitas lainnya yang hanya untuk meninabobokkan masyarakat.

Atas kisah yang saya alami diatas? Bagaimana pendapat teman-teman? Adakah kisah-kisah formalitas lain yang teman-teman alami?

Tiada gading yang tak retak ....



85 komentar:

  1. wah cerita seru ne.. hampir mirip dgn penelpon2 gelap yg sering mengaku dari provider, menawarkan hadiah yg macem2, trus kita disuruh tranfer uang, .. ini mengingatkan kita supaya lebih berhati2 kaleeee...

    BalasHapus
  2. wah keduluan ngk jadi yang pertamax yaaa ngk pa2

    BalasHapus
  3. memang formalitas sering kali hanyalah sebuah lagu lama yang membosankan.

    ps: walaupun komen saya pendek tapi posting anda sudah saya baca dengan sepenuh hati.

    salam mesra selalu,
    deden m. ihsan [at] bingung go!blog

    BalasHapus
  4. Saya menyarankan agar saat kita lahir ke dunia ini pemerintah langsung memberi kita nomor induk kependudukan yang digunakan untuk segala keperluan dalam kehidupan.
    Nomor Induk Kependudukan ini otomatis dijadikan sebagai nomor HP. Jadi tidak sembarang orang bisa beli nomor HP, jamin dech aman.
    Saya setuju dengan semua pernyataan di atas, registrasi hanya formalitas alias "ecek-ecek"belaka saja.

    BalasHapus
  5. Sering sekali model penipuan yang seperti bapak ceritakan, tapi kalau ternyata registrasi hanyalah formalitas maka tidak ada bedanya antara yg dulu dengan sekarang pak

    BalasHapus
  6. resikonya jadi orang top ya begitu, mas kurnia, hehehe ... jadi rentan "dijual" namanya. Untung saja BM punya naluri spion yang tinggi. tak langsung menuduh mas kurnia telah melakukan penipuan. kalau BM-nya ndak konfirmasi, wew... bisa jadi karakter asinan betul tuh. btw, sungguh disayangkan juga kalau sudah registrasi, ternyata pihak cs-nya ndak ambil pusing. mungkin kebiasaan formalitas seperti itu dah kadung membudaya sehingga sulit mereformasinya. butuh keasadaran indiviual dulu utk sampai pada kesadaran kolektif.

    BalasHapus
  7. kalo soal telp yang gak jelas emang nyebelin, sms berhadiah. mestinya soal no.hp harus lebih aman seperti SIM

    BalasHapus
  8. potret bangsa ini, mas
    beraninya cuma menipu dan merampok bangsa sendiri..

    pas dirampok bangsa laen.. begh, pura2 ga tau.
    yang penting dapurnya aman. masa bodo dapur orang laen.

    BalasHapus
  9. SETUJU.............................
    Bersama2 yuk membangun bangsa ini dr keterpurukkan mental.

    BalasHapus
  10. wah sapa yang ngaku2 sebagai anda bro? apalagi untuk minta-minta gitu. kalo provider mungkin maunya kasih lewat pihak berwajib ya. Wadoh ruwet banget negara ini. keburu kabur tuh penjahat

    BalasHapus
  11. terlalu banyak aturan di negara ini. Aku setuju ama anda. formalitas yang nggak ditunjang profesionalitas.

    BalasHapus
  12. wahh... ternyata masih saja ada yg menggunakan modus penipuan macam ini. kadang malah sesaat setelah pelantikan pejabat baru juga terjadi hal macam ini.

    Kalau soal pelacakan, kalau tidak salah operator memang tidak akan memberikan informasi jika tidak disertai dengan laporan kepolisian, dengan kata lain, lapor polisi dulu, dan polisi yg akan menindaklanjutinya. Bahkan bisa ketahuan kok, posisi terakhir nomor tersebut aktifnya ada di daerah mana.

    Kecuali, memiliki kenalan orang dalam operator tersebut yg dapat membantu dan memiliki akses.

    BalasHapus
  13. kok tahu gigi saia lagi retak???

    *nyambung gak ama postinganya, kabur ah...*

    BalasHapus
  14. orang kreatif nyari duit tapi tidak tahu aturan. saya juga pernah ditelpon katanya dapat hadiah.

    BalasHapus
  15. Yang jelas, orang yang Mas Kurnia cari itu bukan saya karena saya jarang ke hotel...

    BalasHapus
  16. Wah akhir2 ini saya baca baanyak banget loh penipuan kaya gitu... Parah deh, makin bnyk nih tindak kriminalitas...

    tapi bagian yg paling menarik di artikel ini adalah : cewe yang sangat manis... hahaha... :p

    BalasHapus
  17. wahh..kalo ada penipuan semacam itu mending ga usah digubris aja. he he he..

    BalasHapus
  18. selalu ada saja celah2 kesempatan yg dimanfaatkan orang buat ngeruk keuntungan, kyaknya makin kesini orang makin buas aja,hhhh.. klo formalitas dah jadi cap birokrasi yg lagi2 cuma topeng profesionalitas :( semoga negara ini lekas sembuh...

    BalasHapus
  19. Sepertinya pernah liat nih menara.. :D

    BalasHapus
  20. wwkwkwkwkwkwkkwk model yang kaya gini mah banyak udah di kota saya yang kena tipu

    BalasHapus
  21. Soal formalitas, saya juga dipusingkan ketika harus mengurus legalisir akte kelahiran. Saya kira dengan KTP nasional yg saya miliki, saya punya akses ke catatan sipil mana pun di seluruh penjuru nusantara termasuk kota yang saya tinggali sekarang ini. Ternyata tidak. Tak ada kemesraan terjalin antara kelurahan dengan kependudukan. Saya harus mengurus di tempat saya dilahirkan nun jauh di Jawa sana. Jadi buat apa pake menasional-nasionalkan KTP segala? Negeri yg aneh.

    BalasHapus
  22. walah...beneran deh nih negara. formalitas doank, buang2x tinta ama kerts aja. *sambil mikir2x pernah kejadian gak ya ke aku*

    untung CSnya manis ya, mas :P

    BalasHapus
  23. iyah, ati-ati aja..
    banyak kejadian kayak gitu,..

    BalasHapus
  24. untunglah pak GMnya kenal dengan suara anda
    tapi gimana ya korban yang ndak kenal suaran anda

    BalasHapus
  25. weh namanya dijual?
    laku berapa lae?

    BalasHapus
  26. untung si bapak ga tertipuu.. hahaha.. Dari pengalaman2 saya, mending ga usah ngurus2 yang gituan, pada pemalas semua tuh pegawainya.. soalnya mereka mikir nih orang nambah2 kerjaan aja.. mental lom profesional mereka..

    BalasHapus
  27. wah, itu sih udah sering terjadi. Registrasi itu cuma buat ngasih kerjaan aja sama para petugas perusahaan ybs. he he heh...biar gak nganggur2 banget.

    BalasHapus
  28. Pengalaman yang sama juga pernah saya alami, meskipun dengan cara berbeda, tetapi karena cenderung berbau fitnah (untuk atasan & perusahaan)maka harus ditelusuri. Meminta kepada pihak provider seperti yang Ito lakukan, jawabannya sama saja! proses registrasi memang cuma jadi dagelan gak berguna!!

    BalasHapus
  29. kalo sudah kejadian seperti itu kang biasanya sADIS tuh...(walah kok ayak lagi afgan sih...)....itu namanya fitnah...kang

    BalasHapus
  30. Wah..udah penuh dan buaanyak ya comentnya. Maaf kalau saya terlambat, maklum koneksi internet di tempat saya sering ngadat.he..he..he..

    Saya senang mendengar ada orang seperti Bapak yang tidak mau berpuat "sepicik" kisah diatas dengan memeras aparat/bawahan di daerah. Soalnya saya udah beberapa kali mengalami langsung hal ini Pak. Ada yang minta dibelikan oleh-leh. Ada yang minta dikirim uang buat beli tiket, dll. Tanpa malu-malu lagi. Huh..sebel.

    BalasHapus
  31. kejahatan semakin bervariasi dan merajalela krn tidak terlacak dan pelakunya ketangkap trs dihukum sama spt berkorupsi yh malah sdh menjadi budaya

    BalasHapus
  32. mungkin harus polisi kali ya ( urusan hukum ) yang bisa minta data pemakai telpon seluler,
    sama seperti data rahasia BANK,

    walaupun data yang dimasukkan saat registrasi asal2an, tapi kalo ditelusuri polisi pasti bisa, dengan bantuan provider,

    mungkin loh, hehe,
    maap kalo salah

    BalasHapus
  33. Wah...kalo kejadian yang seperti ini sepertinya sudah merakyat Bang....
    Saya sendiri dah banyak mengalami kejadian serupa...dan memang benar realitasnya bahwa registrasi tidak lebih sebatas formalitas menjalankan kewajiban....hanya itu tho...

    BalasHapus
  34. wah pembelajaran yang sangat baik nih, saya setuju untuk mengisi data2 dngan benar pada saat registrasi apa saja termasuk email. Apalagi kartu, soalnya kemungkinan untuk hal2 seperti contoh diatas bisa saja terjadi. Salam

    BalasHapus
  35. formalitas ada dimana mana di negeri tercinta kita ini, asal bijak didalam menyikapi issue yang satu ini sih tidak apa apa tapi kenyataannya? hm.....

    BalasHapus
  36. saya jadi berpikir soal registrasi yg jujur ini akan sulit diterapkan jika tak ada kartu identitas solid yg bisa dipercaya. KTP gak menjamin, soalnya ktp bisa dimiliki ganda dan dipalsukan. harus ada semacam social security number bagi setiap penduduk yg datanya dimiliki pemerintah dan bisa diakses online oleh badan2 tertentu, jadi penipuan data pribadi dlm formulir registrasi utk berbagai keperluan semisal no. HP, kartu kredit, dsb bisa dilacak

    BalasHapus
  37. Formalitas memang kadang terasa menjengkelkan kalo kita menjadi korban, tapi di satu sisi tettap diperlukan untuk menjaga keteraturan. seandainya pola pikir masy kita udah maju, formalitas yg berlebihan tentunya udah ga relevan lagi

    BalasHapus
  38. syarat aja yah bang, dari pada ngga'

    ngabisin dana aja

    BalasHapus
  39. Memang kasus penipuan melalui telepon sering terjadi. Para pelaku menggunakan kartu prabayar, karena registrsi yg bisa dilakukan melalui HP pengguna tsb.

    Kalau mau tertib ya mesti di registrasi oleh CS operator selulernya, dengan menunjukkan KTP yg masih berlaku.

    Dg cara yg sekarang ini memang asal memenuhi syarat registrasi saja, tanpa memperdulikan data tsb valid atau tidak.

    cara kedua, adalah dengan membentuk databased kependudukan oleh pemerintah. Data KTP seseorang berlaku nasional, jadi tiap orang hanya punya 1 KTP saja.

    Databased kependudukan ini ter-link ke semua operator selular. Jadi saat memasukkan data registrasi/aktivasi kartu, langsung terhubung dg database kependudukan, langsung diketahui valid atau tidak. Data tidak valid ditolak.

    Dengan demikian si pengguna kartu prabayar tidak akan bisa memasukkan data palsu.

    Walaupun mungkin ada cara lain mereka membobol cara ini, paling tidak cara ini akan mempersempit ruang gerak para penipu.

    BalasHapus
  40. sepakat, Indonesia memang negri formalitas

    BalasHapus
  41. Wah...kalau itu dihadapan sidang TRIPIKOR seperti Artalita pasti rentetannya panjang banget lo om.... Kalau saya selaku penyidiknya, pasti bilang sama costumer servicenya begini " Mabk..kamu cantiknya emang banget... tapi kok jahat toh.... masak kita mau dibuat cilaka sama orang kok nggak boleh korek siapa yang mau bikin cilka.... emang benar tuh...gunanya regestrisai emang hanya buat para teroris bom saja.... kalau yang teror rekening tetatp dilindungi....
    Ya itulah Indonesia kita...
    sabar ..sabar....

    BalasHapus
  42. ah negeri penggalan surga itu yah .. kekekee

    BalasHapus
  43. Modus penipuan via HP mmg lagi trend saat ini.. untung bagi yg bisa mengenali warna suara penelpon... trus kalo kena sama org yg awam??
    parah juga ya..?? intinya, berhati-hatilah.. Dikonfimrasi dulu sesuatu hal yg belum benar2 jelas

    BalasHapus
  44. buset dah gw dibawah dunk neh, maaf bos tuelaat.

    absen aja dulu yach.....

    BalasHapus
  45. Sudah seharusnya pemerintah serius menanggapi masalah ini dan mencari solusi yang tepat, kalo tidak segera mungkin keluarga atau kerabat mereka akan menjadi korban berikutnya...

    BalasHapus
  46. kalau sega sesuatu di anggap formalitas ngapain juga capek-capek ngisinya mending dihapus aja.

    BalasHapus
  47. wah, ternyata orang penting yah. saya jadi pengen ikutan nelpon mas wawan nih. lapor pak! pengangguran abadi nih wkwkwkkw

    BalasHapus
  48. yang saya cermati justeru ini...:
    nama lae ternyata masih cukup laku "dijual" untuk dijadikan komoditi, walaupun ada komoditas negatifnya...kalo nama saya..walahhh...boro-boro laku...hahahaha...

    moral of the setory : ya inilah negeri kita tercinta...suka atau tidak suka...formalitas masih jadi rujukan dan legitimasi atas sesuatu..

    horas,

    bonar
    http://sihotang407.wordpress.com

    BalasHapus
  49. Salah satu pelajaran yang bisa diambil adalah jangan sembarangan kasih nomor hp dan konfirmasi begitu ada yang mengaku-ngaku sebagai pemilik nomor hp. Provider emang susah kasih info mengenai customer-nya, kecuali kalo yang minta KPK mungkin cepet dikasih tau, hehehe... Salam kenal lae. Ditunggu kunjungan baliknya. Salam

    BalasHapus
  50. Setahu saya sih pak, Pihak telekomunikasi tidak akan memberikan data ke kita untuk hal yang tidak dianggap mengancam keamanan negara, Sistem Registrasi sebenarnya dengan data tidak valid juga bisa kok ya, sehingga saya rasa penjualan perdanalah yang perlu di perketat


    hehehehehehe entar saya di di gebug ama tsel, indosat, dkk

    BalasHapus
  51. negara formalitas.. emang iya.. baru tahu yah mas. hehehe.. bukannya dari dulu negara kita terkenal dengan hal2 yang berbau formalitas.

    this is indonesia.

    untuk kasus penipuan dengan mengatasnamakan nama mas kurnia, itu adalah modus operandi lama. untung sekali temannya sigap dan tidak tertipu.

    BalasHapus
  52. peraturan dibuat untuk dilanggar...
    hehehehehhe
    oh ya kalo ngomongin registrasi...asal2 aja bisa tuh..
    hehehehe

    BalasHapus
  53. kesian sekali yah anda...

    BalasHapus
  54. Tapi yang registasi itu juga kan bisa bohong dan sukar dicek kebenaranya, seperti penipuan sms sampai sekarangmasih ada yg ketipu.

    Bagaimana operator tahu kalau kita registrasi beneran ? siapapun kan bisa pake nama asbun...

    Oh lupa selamat malam minggu

    BalasHapus
  55. kayaknya sih registrasi itu cuman formalitas aja.

    BalasHapus
  56. Bener itu, saya jg ga ngerti apa gunanya registrasi itu dibuat. wong registrasi boongan aja bisa kok, coba saja. bikin nama asal2an lalu no ktp juga sembarangan, tetep aja terregister. Jd ini emg bener, formalitas saja.

    BalasHapus
  57. Bah.... keknya perlu digalakkan razia nomor HP prabayar ...

    BalasHapus
  58. padahal tujuan registrasi no HP itu antara lain untuk mencegah penipuan, lha kok ngisinya boleh asal-asalan...

    BalasHapus
  59. di Indonesia banyak aturan yg cantik dibaca dan diimpikan tapi realitanya menyesakkan dada

    BalasHapus
  60. kek lagunya iwan fals...aksi tipu2...wekekkkeke

    BalasHapus
  61. Saya lambat kasih koment di postingan ini bang.. tp yakinlah saya sudah mencoba memahami yang abang maksud.... he..he.. sok akrab amiir.
    intinya aturan /undang-undang/ kebijakan /atau apalah produk hukum pemerintah itu selalu pada pelaksanaannya lemah di Pengawasan.
    Pejabat di negeri ini paling pinter bikin aturan...trus lupa ...bikin lagi lupa lagi... ganti pejabat.. ya tambah gak dihiraukan.

    BalasHapus
  62. cb tanya mas erik 'pondokku' deh...hehe, sapa tau bs bantu beliau...

    BalasHapus
  63. Ayo para pejabat, calon pejabat, caleg mengabdilah pada rakyat...

    Amanat yang engkau pikul sungguh berat....

    Tips EMail : Membuka account gmail lebih dari satu sekaligus

    Tips Duit :KomisiGratis bisnis tanpa modal hasil luar biasa

    BalasHapus
  64. sepertinya registrasi memang nggak ada gunanya, gampang dipalsu kok!

    BalasHapus
  65. bener tuh, ito. buat apa peraturan tapi gak jelas kegunaannya.
    memang kita ini pengagum formalitas, ya?

    BalasHapus
  66. hmm...ya semoga aja ke depannya jadi lebih baik

    BalasHapus
  67. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  68. memang negeri ini kaya, dimana-mana uang, kasih sana, kasih sini, sana minta sini minta...wis uang dimana-mana

    BalasHapus
  69. nyante aza pokoknya lae...

    met hari rabu

    hehe

    BalasHapus
  70. Lo, registrasi itu memang harus, pak! Klo tida ya, rugi Undang2 dan peraturan di buat. Yang jelas itu ndak da kaitan sama
    Quote:
    "Sebagai orang awam, saya berpikiran bahwa registrasi pada dasarnya dibuat dengan tujuan agar data para pengguna kartu sellular pra bayar dapat disimpan dalam database mereka, dapat diketahui identitas diri pengguna, sehingga (paling tidak) dapat mencegah dan meminimalisir tindakan-tindakan negatif yang mungkin saja timbul seperti teror via telepon maupun modus penipuan-penipuan seperti yang “melibat-libatkan” saya."

    tapi mang kerjaannya membuat aturan. Bukan untuk siapa...

    BalasHapus
  71. Negara ini emang suka sekali dengan yang namanya formalitas. Tapi formalitas yang asal jadi semua. Dibuat sembarangan tanpa memikirkan akibatnya.

    Tak heran masih banyak yang jadi korban karena formalitas yang tak becus ini.

    Tapi meskipun begitu, aku tetap mencintai negara ini sambil masih berharap akan ada satu generasi di masa depan yang tidak tergila-gila dengan formalitas tanpa ada suatu perubahan :)

    Bang, makasih ya sudah mampir ke blogku juga untuk komentar2nya yang seeeegggeeerrr itu :D

    BalasHapus
  72. formalitas bikin bosen...diputer...diputer..

    BalasHapus
  73. tulisan yang menarik lae. Ditunggu blogwalkingnya di Berita Informasi Komputer dan Download Lagu Terbaru serta yang satu ini Dicoba. Semoga membantu...

    BalasHapus
  74. a previously we do not know, it would be like to know if we membaca.Karena so much if we want to read, then we will get ilmu.Dan keep presenting interesting news and useful to readers

    BalasHapus
  75. Berbagi dan menjalankan ilmu kepada sesama sebagai wujud insan beriman. Terimakasih telah berbagi di situs ini

    BalasHapus
  76. Terima kasih atas informasinya , Informasinya sangat jelas sekali sehingga mudah untuk dipahami

    BalasHapus

Saya sangat berterima kasih bila teman berkunjung dan meninggalkan komentar. Yakinlah teman, saya "pasti" akan melakukan hal yang sama, karena hidup akan semakin indah, jika kita saling memberi dan menerima.